AS atau Cina? Menilik Potensi Arah Kebijakan Luar Negeri Ketiga Bacapres

0

Bakal calon presiden Ganjar Pranowo (kiri), Anies Baswedan (tengah), dan Prabowo Subianto (kanan). Foto: Kontekstual

Pesta demokrasi Indonesia secara langsung akan kembali terjadi pada tahun 2024. Hingga artikel ini ditulis, sudah mulai terlihat tiga poros koalisi yang akan mengusung masing-masing bakal calon presiden (bacapres). Ketiga nama bacapres tersebut adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.

Salah satu hal yang menarik untuk dibahas dari ketiga bacapres ini adalah potensi kebijakan luar negeri mereka dalam menghadapi rivalitas geopolitik di kawasan. Berbeda dengan beberapa pilpres sebelumnya, saat ini persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina semakin meningkat. Mengingat tidak bisa dipisahkannya hubungan bilateral Indonesia dengan AS dan Cina, isu hubungan internasional pun tidak bisa diabaikan lagi oleh kandidat bacapres dalam pemilu kali ini.

Lalu bagaimana sebenarnya perkiraan kebijakan luar negeri ketiga bacapres ini dalam menghadapi rivalitas geopolitik AS dan Cina jika dilihat dari rekam jejak mereka?

Ganjar Pranowo

Kehadiran Ganjar Pranowo sebagai salah satu calon penerus Presiden Jokowi memberikan sinyal kesinambungan dalam kebijakan luar negeri apabila terpilih menjadi orang no. 1 di Indonesia. Sebagai seorang gubernur, Ganjar memiliki pengalaman terbatas dalam bidang hubungan internasional. Sama seperti Jokowi, Ganjar kemungkinan besar tidak akan terlalu tertarik pada permasalahan kebijakan luar negeri Indonesia. Sebagai dampaknya pembantu presiden yang bersentuhan dalam bidang hubungan internasional akan diberikan otonomi yang lebih tinggi jika melihat pola kepemimpinan sebelumnya.

Di sisi lain, Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah sangat mendorong pembangunan infrastruktur di provinsinya, terutama dalam bidang pengelolaan limbah rumah tangga dan industri. Untuk meningkatkan infrastruktur di Jawa Tengah, Ganjar sangat mengandalkan investasi yang berasal dari Cina. Di bawah komando Ganjar, Jawa Tengah berhasil mendapatkan investasi sebesar $2.54 milyar dari produsen baja asal Cina yakni Hebei Bishi Steel Group. Selain itu Ganjar turut mengajak pengusaha dari Provinsi Fujian Cina untuk berinvestasi di Jawa Tengah pada tahun 2019.

Melihat rekam jejak Ganjar, apabila terpilih menjadi Presiden, prioritas terhadap pembangunan infrastruktur secara masif akan terus berlanjut. Dengan kata lain, Cina masih akan menjadi mitra utama bagi Indonesia. Sebagai dampaknya, permasalahan Laut Cina Selatan akan sebisa mungkin tidak merusak hubungan kedua negara dan tindakan keras baru akan terjadi ketika ada tekanan hebat dari politik domestik. Hal serupa sama seperti ketika masa pemerintahan Jokowi.

Kedekatan dengan Cina ini berdampak pada kebijakan luar negeri Indonesia terhadap AS. Indonesia akan tetap melakukan business as usual dengan memilih mempertahankan status quo di tengah peningkatan rivalitas AS-Cina. Prioritas Ganjar dalam infrastruktur dan kuatnya hubungan ekonomi antara dua negara akan membuat Indonesia mengedepankan hubungannya dengan Cina dibandingkan AS. Dukungan finansial dan industrial Cina yang besar dan tidak neko-neko yang penting untuk agenda pembangunan Jokowi, tampaknya juga akan menjadi modal penting untuk Ganjar jika terpilih dan meneruskan agenda pembangunan.

Prabowo Subianto

Prabowo bukanlah sosok baru dalam pilpres. Pilpres 2024 merupakan ketiga kalinya mantan Pangkostrad ini akan menjadi bacapres. Oleh karena itu, rekam jejak dari Prabowo dan pandangannya mengenai kebijakan luar negeri terhadap AS dan Cina dapat lebih diketahui dibandingkan kandidat lainnya.

Prabowo memiliki hubungan yang rumit dengan AS. Kasus pelanggaran HAM tahun 1997-1998 membuat Prabowo sempat dilarang masuk ke AS. Padahal Prabowo menegaskan bahwa ia sebelumnya merupakan figur kepercayaan dalam menyampaikan pesan AS pada masa Presiden Soeharto ketika diwawancarai oleh jurnalis Allan Naim. Di sisi lain, sebagai kandidat capres sebelumnya, Prabowo sangat memperhatikan permasalahan hubungan internasional, terutama berkaitan dengan pertahanan dan keamanan. Permasalahan Laut Cina Selatan, serta investasi asing dalam sektor strategis Indonesia oleh Cina menjadi perhatian khusus Prabowo.

Prabowo juga terkenal pernah mengutip Thucydides dalam debat Pilpres 2019, menunjukkan pandangan realisnya yang kuat. Dengan berefleksi pada adagium “The strong will do what they can, and the weak suffer what they must,” Prabowo menilai bahwa pertahanan Indonesia terlalu lemah untuk dapat dihormati oleh negara lain. Oleh karena itu, Prabowo mengutamakan pembangunan kekuatan militer dan ekonomi terlebih dahulu, sebelum Indonesia dapat berperan besar di panggung internasional.

Sebagai menteri pertahanan, Prabowo dapat dikatakan sangat pragmatis. Prabowo berusaha menjalin hubungan baik dengan AS ditandai dengan kunjungan pertamanya sejak dilarang masuk ke AS pada tahun 2020. Selain itu Prabowo memimpin upaya melanjutkan kerjasama pertahanan dengan Cina yang sebelumnya terputus pada akhir tahun 2022. Hal ini senada dengan perkataan Prabowo sebelumnya bahwa dia menyukai kebijakan luar negeri SBY untuk aktif dalam dunia internasional tanpa memiliki musuh.

Ketidakpercayaan Prabowo akan membatasi interaksi yang terlalu dalam, baik dengan AS maupun Cina. Menyeimbangkan kedua negara ini akan menjadi tujuan utama dari kebijakan luar negeri mantan Danjen Kopassus ini. Dapat diduga bahwa kebijakan luar negeri Prabowo akan sangat bernuansa Indonesia First dan mengurangi interaksi dengan kedua negara agar tidak terlihat memihak salah satu pihak di tengah rivalitas geopolitik ini. Namun, menjadi pertanyaan apakah Indonesia bisa tetap tidak terlibat ketika persaingan kedua kekuatan besar ini semakin sengit?

Anies Baswedan

Berbeda dengan dua bacapres sebelumnya yang akan meningkatkan hubungan dengan Cina atau mengurangi interaksi dengan kedua negara, kebijakan luar negeri di bawah Anies akan mengambil jalan yang berbeda. Sama seperti Prabowo, Anies memiliki pengalaman dan keahlian dalam hubungan internasional, sehingga masalah antar negara akan menjadi perhatian utama Anies sebagai presiden. Dalam hal ini, tanda-tanda kebijakan luar negeri Anies yang akan merapat ke AS sudah sangat eksplisit terlihat.

Pertama, Anies memiliki latar belakang dan kedekatan dengan AS. Hal ini didapatkan dari pendidikan yang ditempuhnya di AS. Selain itu Anies memiliki kedekatan dan koneksi dengan pejabat-pejabat dari negara-negara barat sejak sebelum menjadi politisi hingga saat ini. Salah satu contohnya adalah ketika Anies diundang untuk menjadi pembicara mengenai ASEAN pada acara Annual Global Conference 2018 di Los Angeles, AS. Selain itu, setelah purna tugas sebagai Gubernur, Anies diminta untuk memberikan kuliah di Oxford dan Australia National University (ANU).

Kedua, Anies diduga didukung langsung oleh AS. Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, ia menduga AS melalui duta besar Sung Kim memberikan kode bahwa AS mendukung Anies sebagai presiden penerus Jokowi. Di pihak lain, politikus Nasdem Zulfan Lindan dalam suatu diskusi pada September 2022 turut memberikan isyarat bahwa AS akan lebih diuntungkan apabila Anies terpilih.

Ketiga, Anies menegaskan bahwa Indonesia harus memainkan peran yang lebih aktif dalam dunia internasional. Dalam hal ini, Anies mengatakan bahwa tercapainya kepentingan nasional Indonesia merupakan tujuan akhir dari kebijakan luar negeri dan tidak bisa ditawar. Dalam kuliah umumnya di ANU, Anies menekankan bahwa Indonesia perlu meningkatkan kapabilitas pertahanan dan bersikap lebih tegas di tengah ancaman keamanan, terutama di Laut Cina Selatan.

Keempat, secara politik Anies juga berasal dari dan didukung oleh partai yang secara historis memiliki kedekatan dengan AS, yakni Partai Demokrat. Diketahui umum bahwa SBY dahulu menghabiskan setidaknya lima tahun dalam pendidikan militer dan sipil di negara-negara Barat, terutama AS, dan membangun hubungan dekat setelahnya. Di masa pemerintahannya SBY memiliki politik luar negeri yang—meski tidak bisa dibilang pro-AS—cenderung internasionalis dan menggaungkan demokrasi, cukup selaras dengan agenda AS terutama di bidang sipil dan politik. Anies, yang pada 2014 mengikuti Konvensi Capres Demokrat dan kini didukung oleh Partai Demokrat menjadi bacapres, dilihat sebagai penerus tradisi politik luar negeri yang internasionalis dan cenderung dekat dengan AS ini.

Jika terpilih menjadi presiden ke-8 Indonesia, Anies akan memposisikan Indonesia lebih dekat kepada AS. Berbeda dengan Presiden Jokowi yang dianggap dekat dengan Cina dan berusaha menghindari permasalahan di Laut Cina Selatan, Anies dengan dukungan AS akan lebih terbuka dalam menghadapi gangguan yang diinisiasi Cina. Sehingga kebijakan luar negeri Indonesia di bawah Anies akan membawa perubahan dan sesuai dengan karakteristik dirinya sebagai antitesa Jokowi.

Secara keseluruhan, penilaian terhadap rekam jejak dan tendensi para bacapres dalam hubungan dengan AS dan Cina dapat diilustrasikan kecenderungannya dalam grafik berikut:

Prediksi Arah Kebijakan Luar Negeri Ketiga Bakal Calon Presiden. Gambar: diolah penulis

Kesimpulan        

Berdasarkan rekam penilaian terhadap rekam jejak dan tendensi ketiga bacapres tersebut, ketiganya berpotensi memiliki arah kebijakan luar negeri yang cukup berbeda satu sama lain, setidaknya dalam isu hubungan dengan AS dan Tiongkok. Pilpres 2024 akan menjadi momentum yang menentukan keberlanjutan atau perubahan haluan kebijakan luar negeri Indonesia selama setidaknya lima tahun kedepan.

Berdasarkan penilaian terhadap ketiga bacapres, Ganjar cenderung bakal menguatkan hubungan bilateral dengan Cina. Sementara itu, Prabowo akan memiliki kecenderungan ultra-nasionalis yang kuat serta enggan terlibat terlalu banyak dengan AS maupun Tiongkok. Terakhir, kepresidenan Anies akan cenderung meningkatkan hubungan dan memiliki kesamaan agenda dengan AS.

Dari penilaian di atas, menurutmu siapakah bacapres paling cocok untuk menjadi nahkoda kebijakan luar negeri Indonesia dalam lima tahun kedepan?

Muhammad Gilang Rasyid merupakan mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran. Dapat ditemukan di Instagram dengan nama pengguna @gilang_rasyid

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *