Bawa Pesan Damai dan Toleransi, Paus Fransiskus Kunjungi Irak

0

Ilustrasi Kunjungan Paus ke Irak. Foto: Media Vatikan/Shutterstock

Pada Senin (8/3), Pemimpin Tahta Suci Vatikan Paus Fransiskus akan segera mengakhiri kunjungan bersejarahnya ke Irak.

Dikutip dari BBC, kunjungan yang berlangsung sejak Jumat (5/3) tersebut merupakan kunjungan resmi pertama Sri Paus ke luar Vatikan semenjak pandemi COVID-19 melanda dunia.

Kunjungan tersebut juga cukup mengejutkan mengingat kondisi Irak yang relatif tidak aman. Negeri 1001 Malam tersebut hampir selalu dilanda konflik bersenjata setelah invasi AS pada 2003.

Meskipun demikian, pemimpin umat Katolik berusia 84 tahun tersebut merasa bahwa mengunjungi Irak adalah “panggilan tugas” bagi dirinya sebagai Paus.

Untuk menyukseskan kunjungan Paus Fransiskus, Irak sendiri telah menerjunkan 10.000 tentara untuk mengamankan Sri Paus.

“Semoga Konflik Bersenjata Berhenti!”

Dikutip dari BBC, Kunjungan Paus tersebut dimaksudkan untuk memerhatikan kondisi umat Kristen di Irak yang kondisinya memprihatinkan akibat menjadi korban peperangan di negeri tersebut.

Dalam sambutannya, Sri Paus menyebut bahwa dirinya sangat senang dapat datang ke “tempat kelahiran peradaban” atau cradle of civilization.

Sri Paus juga membicarakan kondisi Irak yang harus menderita akibat peperangan dan konflik sektarian akibat fundamentalisme yang tidak menginginkan perdamaian antar agama dan etnis.

“Semoga konflik bersenjata berhenti. Semoga ada akhir dari kekerasan, ekstremisme, perpecahan, dan intoleransi!” ujarnya dalam sambutan kepada warga Irak.

Sri Paus juga mengadakan misa di Stadion Kota Irbil. Di sana, ia menyebut bahwa Irak akan selalu “berada di hatinya”.

Memajukan Toleransi Agama

Tidak hanya itu, kunjungan Paus itu juga dilakukan untuk mendorong diskusi dan toleransi antar agama.

Dilansir dari The Guardian, sebagai bagian dari kunjungannya, Paus Fransiskus mengunjungi sejumlah kota di wilayah Irak Utara yang sempat diduduki ISIS yang dikenal intoleran beberapa tahun sebelumnya.

Paus mengadakan doa di antara reruntuhan gereja di Mosul, kota yang pernah menjadi pusat kekuasaan ISIS. Paus kemudian juga bertemu umat Kristen Irak di Qaraqosh, kota yang juga pernah menerima penindasan organisasi teroris tersebut.

“Betapa kejamnya fakta bahwa negara ini telah menjadi korban dari perilaku barbar,” ujarnya. “Tempat peribadatan kuno telah dihancurkan dan puluhan ribu orang, baik itu Muslim, Kristen, atau Yazidi, dimusnahkan secara keji oleh terorisme,” lanjut Sri Paus.

Sebagai rangkaian dialog antar agama, Paus Fransiskus bertemu dengan Ayatollah Ali al-Sistani, pemuka agama Syiah paling terkemuka di Irak. Pertemuan tersebut diharapkan dapat membantu stabilisasi Irak secara signifikan mengingat setengah populasi Irak beragama Islam Syiah.

Irak sendiri telah lama hidup dalam konflik etnis dan sektarian. Pada era Saddam Hussein, terjadi penindasan terhadap Kurdi dan penganut Syiah yang menyebabkan ribuan orang.

Setelah AS menginvasi Irak pada 2003 pun, konflik sektarian semakin tidak terkendali karena tumbuhnya fundamentalisme dan kekacauan politik yang ditimbulkan dari invasi tersebut. Kondisi tersebut memberikan kesempatan bagi ISIS untuk menguasai Irak bagian Utara dari 2014 sebelum dapat ditumpas pada 2017 oleh koalisi Irak-Kurdi.

Dengan kunjungan Sri Paus ke Irak, kerukunan antar etnis dan umat beragama diharapkan dapat tumbuh sehingga konflik tersebut segera berakhir dan Irak dapat kembali kepada stabilitas dan perdamaian yang nyata.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *