Hubungan Istimewa dan Misterius Indonesia-Korea Utara

0

Ilustrasi Hubungan Bilateral Indonesia-Korea Utara. Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf

Indonesia dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) memiliki hubungan bilateral yang baik dan ramah sejak lama. Pemerintah Korut menghargai peran Indonesia sebagai pendiri Gerakan Non-Blok dan ASEAN untuk mengoptimalkan perannya dalam rangka mewujudkan perdamaian dan stabilitas di tingkat regional dan global (Manurung, 2020). 

Hubungan diplomatik Indonesia-Korea Utara diresmikan pada 17 Juni 1961, yang ditandai dengan pertukaran nota pembukaan kantor konsuler. Nasionalisme radikal dan retorika anti-imperialisme Presiden Soekarno pada akhir 1950-an menarik perhatian Presiden Korut Kim Il-sung dan kemudian Soekarno mengumumkan pembentukan Jakarta-Phnom Penh-Hanoi-Peking-Pyongyang (Green, 190: 36). Pada akhir tahun 1964, kantor perwakilan Indonesia di Pyongyang (ibu kota Korut) ditingkatkan statusnya menjadi kedutaan besar dan Ahem Erningpradja diangkat menjadi Duta Besar pertama RI untuk Korut.  

Dalam kunjungan Kim Il-sung ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1965, beliau kagum pada sebuah bunga anggrek varietas baru dan Soekarno pun memutuskan untuk menamainya “Kimilsungia” (Debora, 2020). Kimilsungia adalah simbol persahabatan antara Indonesia dan Korut. Bunga Kimilsungia diberi gelar immortal flower, yang melambangkan keabadian Kim Il-sung. Menariknya, setiap bulan April, kota Pyongyang mengadakan festival bunga Kimilsungia dan Kimjongilia (yang dikembangkan botanis Jepang dan diserahkan kepada Kim Jong-il, anak Kim Il-sung pada 1988), untuk merayakan kelahiran Kim Il-sung pada 15 April (Ramadhan, 2020).

Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965, Jenderal Soeharto naik kekuasaan dan mendekatkan Indonesia dengan Barat. Sejak saat itu, hubungan Indonesia-Korut tidak dapat berkembang seperti di masa Soekarno. Indonesia mengakui Korea Selatan pada tahun 1973 dan terus membangun kerja sama ekonomi, sedangkan hubungan dengan Korut dapat terbilang stagnan.

Hubungan Indonesia-Korut dilanjutkan kembali ketika Presiden Megawati Soekarnoputri mengunjungi Korut pada tahun 2002, yang ketika itu dipimpin oleh Kim Jong-il. Kunjungan tersebut terjadi di masa sulit setelah pidato Presiden AS George W. Bush yang memasukkan Korut sebagai bagian dari “axis of evil”, yang diduga mensponsori terorisme global dan mengembangkan senjata pemusnah massal (Cook, 2018). 

Pada tahun 2015, adik perempuan Megawati, Rachmawati, mengejutkan media lokal dan internasional ketika Yayasan Pendidikan Soekarno-nya menganugerahi Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un dengan hadiah perdamaian “Star of Soekarno“, karena “meneruskan meneruskan Pemimpin Besar Kim Il-sung dalam melawan neo-kolonialisme dan imperialisme”. Menurut Rachmawati, tuduhan pelanggaran hak asasi manusia hanyalah propaganda Barat, yang suka memberi label negatif terhadap Korut (Rivett-Carnac, 2015).

Pada September 2020, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengirimkan keranjang bunga kepada Kim Jong-un dalam peringatan ke-72 berdirinya Korut. “[Jokowi, dalam pesannya] menyampaikan keyakinannya bahwa pemerintah dan masyarakat DPRK akan memperkuat upaya mengatasi tantangan akibat COVID-19 dalam semangat hari kemerdekaan,” kata KCNA, kantor berita Korut (Arbi, 2020). Jokowi juga menegaskan kembali kesediaannya untuk meningkatkan kerja sama demi kepentingan bersama rakyat kedua negara dan demi perdamaian dan kemajuan kawasan.

Korut menyapa Indonesia sebagai Big Brother dengan penghormatan besar kepada Soekarno selaku presiden pertama sekaligus founding father Indonesia. Penghormatan Korut terhadap Indonesia bahkan diwujudkan dengan menyimpan berbagai benda bersejarah cinderamata Soekarno di Istana Matahari Kumsusan dan di museum hidup seperti Taman Mini Indonesia Indah (Hasugian, 2020). Menurut Berlian Napitupulu, Duta Besar Indonesia untuk Korut yang sekarang, Indonesia adalah satu-satunya negara yang pernah menerima kunjungan dua pemimpin Korut secara bersamaan, yakni Kim Il-sung dan Kim Jong-il. Korut juga sangat memuja warisan Soekarno, salah satunya Gelanggang Olahraga Bung Karno yang menginspirasi pembangunan stadion olahraga di Korea Utara yang menjadi stadion terbesar di dunia, yakni Stadion Hari Buruh Rungrado.

Merespons uji coba nuklir yang dilakukan Korut, pemerintah Indonesia telah menyampaikan sikapnya, yaitu mendesak Korut untuk mematuhi kewajiban internasionalnya, termasuk resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB. Selain itu, Indonesia menghimbau semua pihak untuk menahan diri serta mengedepankan diplomasi dan dialog untuk menciptakan situasi kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan. Bagi Indonesia, reunifikasi Korea adalah urusan bangsa Korea yang jika terwujud, akan memiliki arti penting bagi terciptanya perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Timur, khususnya Semenanjung Korea (Roza, 2016).

Dari tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia yang masih mempertahankan hubungan baik dengan Korea Utara walau di tengah kuatnya sanksi Barat yang berlaku karena uji coba senjata nuklirnya dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Indonesia senantiasa berkomitmen penuh untuk memajukan hubungan historis kedua negara yang dibangun erat oleh Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il-sung (Antara, 2019). Masyarakat Indonesia sejatinya menghormati Korut, terbukti dari polling BBC News Service Poll 2013 yang menunjukkan bahwa 42% responden memiliki pandangan positif tentang Korut dan hanya 29% memiliki pandangan negatif (Globescan, 2013). 

Penulis berharap bahwa dengan prinsip “even-handed policy” Indonesia terhadap kedua Korea, Indonesia dapat memainkan peran penting dan aktif dalam usaha untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan dan mendorong denuklirisasi di Semenanjung Korea. Jika Indonesia berhasil menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik antar-Korea, maka hal ini akan menjadi modal politik penting dan meningkatkan reputasi Indonesia di kancah global.

Referensi:

Manurung, H. (2020, 2 November). Indonesia-North Korea Diplomatic Relations: Effort to Pursue National Interest and Create Regional Peace (Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea Utara: Upaya Mewujudkan Kepentingan Nasional dan Menciptakan Perdamaian Regional). Politica. Vol 11, No 2 

Cook, E. (2018, 2 September). Why Indonesia Loves North Korea? Asia Times. https://asiatimes.com/2018/09/why-indonesia-loves-north-korea/ 

Rivett-Carnac, M. (2015, 9 Oktober). Kim Jong Un has Won a Real Statesperson Prize from a Nation that is Not North Korea. TIME. https://time.com/4067670/north-korea-kim-jong-un-award-indonesia-sukarno/ 

Arbi, I. A. (2020, 24 September). Jokowi Sends Flowers to Kim Jong Un to Mark North Korea’s 72nd Birthday. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/news/2020/09/24/jokowi-sends-flowers-to-kim-jong-un-to-mark-north-koreas-72nd-birthday.html

Debora, Y. (2020, 24 September). Bunga dari Jokowi untuk Kim Jong-un dan Sejarah Indonesia-Korut. Tirto.id. https://tirto.id/bunga-dari-jokowi-untuk-kim-jong-un-dan-sejarah-indonesia-korut-f48i

Adrian, B. (2020, 29 September). Korea Utara dan Indonesia: Kawan atau Lawan? Suara.com. https://yoursay.suara.com/news/2020/09/29/105824/korea-utara-dan-indonesia-kawan-atau-lawan?page=all

Hasugian, M. R. (2002, 1 November). Ini Fakta Mengapa Korea Utara Istimewakan Indonesia. Tempo.co. https://dunia.tempo.co/read/1401154/ini-fakta-mengapa-korea-utara-istimewakan-indonesia/full&view=ok

Bridges, B. (2017). Old Friends, New Partners, and Troubled Times: North Korea’s Relations with Southeast Asia. International Journal of Korean Unification Studies. Vol 26, No 2.

Ramadhan. (2020, 29 April). Kimilsungia dan Hubungan Mesra Indonesia dengan Korea Utara. Asumsi. https://asumsi.co/post/kimilsungia-dan-hubungan-mesra-indonesia-dengan-korea-utara

Roza, R. (2016, September). Uji Coba Nuklir Korea Utara: Ancaman Bagi Kawasan? Info Singkat Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Vol 8, No 18. http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-18-II-P3DI-September-2016-75.pdf

Hanung, R. & Setiaji, H. (2018, 12 Juni). Terungkap! RI Masih Defisit Perdagangan dengan Korut. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20180612143020-4-18914/terungkap-ri-masih-defisit-perdagangan-dengan-korut

Raynor Argaditya adalah mahasiswa dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Dapat ditemui di Instagram dengan nama pengguna @raynorargaditya_

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *