Makanan Sunda dan Gastrodiplomasi Provinsi Jawa Barat

0

Ilustrasi masakan khas Sunda, Jawa Barat. Foto: The Trans Hotel

Masyarakat multikultural, demikianlah sebutan yang cocok untuk negara Indonesia. Penyebutan ini didorong oleh faktor wilayah Indonesia yang strategis sehingga menciptakan keragaman adat istiadat, sejarah, dan agama. Dengan setiap keragamannya, tiap dari suku bangsa memiliki tradisinya masing-masing. Salah satunya dalam bentuk panganan atau kreasi makanan. Kreasi makanan yang beragam ini dapat dimanfaatkan sebagai unjuk gigi Indonesia berpentas dalam panggung global. Dengan demikian, perlunya meningkatkan gastrodiplomasi Indonesia melalui peningkatan jumlah rumah makan atau restoran Indonesia ke seluruh dunia. Berdasarkan data BPS (2023), nilai ekspor Indonesia dalam golongan bahan makanan dan binatang hidup mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, di mana pada tahun 2020, 2021, 2022 berturut-turut, yaitu $14.565,4; $16.944,3; dan $18.940,6. Kenaikan ini menjadi pertanda bahwasanya Indonesia sudah siap membentangkan dan meluncurkan lebih banyak restoran-restoran Indonesia di luar negeri (Kompas, 2021).

Pada 2018, Indonesia melalui Kementerian Parawisata pernah berupaya dalam melancarkan gastrodiplomasinya melalui program Co-Branding dengan menggandeng 130 restoran diaspora Indonesia di seluruh dunia (Bisnis Indonesia, 2019). Akan tetapi, perlu diketahui bahwa peningkatan gastrodiplomasi ini tidak hanya pemerintah pusat saja yang bergerak, seluruh aktor maupun non aktor dapat ikut serta mendukung gastrodiplomasi. Seperti yang dilakukan oleh kanal Youtube Kimbab Family dalam videonya yang sering kali menampilkan kuliner Sunda yang menyuguhkannya kepada para tamunya, salah satunya pada penyanyi terkenal Korea Selatan, yaitu Onew Shinee. 

Pemerintah provinsi, lembaga, maupun masyarakat sendiri sebenarnya juga dapat berkontribusi dalam gastrodiplomasi. Berkaca pada Provinsi Jawa Barat, yang memiliki keunikan makanan yang didominasi oleh bahan nabati sembari disuguhkan objek wisata alam yang eksotis, kreasi kuliner Sunda yang secara umum sederhana dapat menjadi sebuah pelopor untuk menciptakan promosi dan memperkenalkan kebudayaan dengan memanfaatkan gastrodiplomasi untuk membentuk sebuah national branding. Banyak festival dan event budaya pun ikut memperkenalkan kuliner Sunda.

Bahkan, di tahun 2020, Jawa Barat memiliki lima event utama yang mendapat dukungan dan promosi ke seluruh dunia oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Adapun, kelima event ini, yaitu Gebyar Pesona Budaya Garut, Cap Go Meh (Bogor), Hardfest Pesona Jatigede (Sumedang), Festival Asia Afrika (Bandung), Festival Seni dan Budaya Cirebon (Bappeda Jabar, 2020). Tak ayal, kuliner Sunda juga cukup banyak menarik perhatian masyarakat luar, misalnya dalam penelitian Adji dkk (2019) yang berjudul Sosialisasi Budaya Sunda Kepada Mahasiswa Asing Melalui Pengenalan Kuliner Sunda, membuktikan bahwa mahasiswa asing di Universitas Padjajaran antusias dan mengapresiasi kuliner Sunda sekaligus ingin mengetahui tata cara membuatnya. Walaupun sosialisasi dilakukan dalam segi kecil kewilayahan kampus, namun hal ini sudah membentuk transfer informasi dan komunikasi budaya.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, kita mengetahui bahwa kebudayaan Sunda memiliki segudang potensi untuk dapat diperkenalkan di seluruh dunia, di mana kebudayaan sendiri senada dengan kuliner. Layaknya restoran-restoran sushi dari Jepang, restoran khas Thailand atau restoran dari Korea Selatan yang sudah melanglang buana. Dengan mengusung nuansa ketenangan bak di alam, kuliner dan rumah makan tradisional Sunda diharapkan dapat bersaing di tengah laju restoran modern dan fancy

Dengan menggunakan konsep Gastrodiplomasi yang merupakan diplomasi publik, kreasi makanan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan promosi negara di panggung global. Gastrodiplomasi menjadi sebuah pendekatan soft power, sebab diplomasi ini tidak hanya ditujukan kepada pemerintah atau negara saja melainkan kepada seluruh masyarakat internasional. Strategi diplomasi ini sangat popular pada negara-negara middle power sebagai pembentuk national branding. Gastrodiplomasi juga membantu masyarakat untuk merasakan budaya mereka karena terjadinya sebuah transmisi budaya karena mempelajari konsep budaya makan, bagaimana proses makanan tersebut dibuat dan disajikan, sehingga makanan menjadi sebuah simbol identitas budaya dan alat asimilasi budaya antar bangsa (Rockower, 2011). Pada konteks ini, kuliner Sunda dapat menjadi peran yang signifikan untuk mempromosikan budaya Indonesia di kancah internasional. Selain itu, dapat juga meningkatkan perekonomian dalam sektor ekspor produk makanan maupun rempah-rempah.

Potensi Makanan Sunda

Istilah Sunda pertama kali muncul pada abad ke-9 Masehi yang ditemukan pada prasasti di Kebon Kopi, Bogor, dalam aksara Jawa Kuno dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti tersebut menjelaskan bahwasanya terdapat peristiwa pengembalian kekuasaan Kerajaan Sunda pada 854 Masehi (Ekadjati, 2014). Urang Sunda merupakan sebuah kelompok etnis asli yang berasal dari wilayah barat pulau Jawa. Istilah Sunda mengacu kepada dataran bagian barat laut wilayah India Timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamakan Sahul. Secara geografis, masyarakat Sunda mendiami wilayah yang curah hujannya cukup tinggi dengan bentang alam pegunungan aktif maupun tidak aktif, banyaknya curug atau air terjun yang mengalir, dan tanahnya yang subur menjadi salah tiga pendukungnya (Bemmelen, 1949; Ekadjati, 2014). Atas faktor geografis tersebutlah menjadi tidak heran mengapa orang Sunda memiliki kuliner yang banyak berbahan dasar nabati dan menjadi identitas pokok dari makanan Sunda. 

Menurut Unus Suriawiria (2011), terdapat 80 jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Sunda, di mana 65% nya berasal dari jenis tumbuhan atau tanaman, dan sisanya merupakan ikan dan daging. Selain itu, masyarakat Sunda juga mengenal sekitar 59 jenis pucuk/daun muda, 18 jenis bunga, 20 jenis buah muda, dan belasan biji-bijian yang dimanfaatkan sebagai lalapan (Suriawiria, 1987). Selain itu, menurut Dewi Turgarini (2018), di Jawa Barat sendiri memiliki 303 jenis masakan Sunda yang memiliki daya tarik untuk wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. 

Sunda sendiri dikenal dengan kesatuannya dengan alam yang tidak dapat terpisahkan, karena alam menyediakan bahan pangan dan manusia perlu bertanggung jawab untuk melestarikannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Sunda yang mayoritas berasal dari jenis tumbuhan atau tanaman (Suriawiria, 1987). Ini sesuai dengan sebuah naskah kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesiyan tahun 1518 Masehi dan peribahasa Sunda. Pada naskah tersebut disebutkan bahwa alam dan manusia saling berhubungan, dan tumbuhan merupakan pelengkap kehidupan (Rahman, 2018).

Dalam naskah tinggalan Pakuan Pajajaran yang menyebutkan segala macam masakan, kalimat kalingana asak deuung atah yang berartikan masakan yang hanya mentah dan masak, menandakan konteks lalapan (sayuran mentah) yang hanya dikonsumsi dengan mentah dan dimasak (Rahman, 2018). Selain faktor geografis, dalam sejarah pun telah memengaruhi citra budaya makanan Sunda yang melekat dengan beragam hasil nabati. Menjadi sebuah potensi utama bagi masakan Sunda untuk dapat dipromosikan di dunia, sebab dapat dikonsumsi bagi yang pantang terhadap konsumsi daging (vegetarian). Pasar makanan berbasis nabati dinilai tumbuh dua kali lipat pada tahun 2028, dan secara global menurut perkiraan SkyQuest akan melampaui hingga USD 34,24 miliar pada tahun 2028 (Media Indonesia, 2023).  

Hidangan Sunda pun dikenal sebagai makanan rumahan atau domestik yang sederhana dan menggunakan bahan alami yang disebut warung asakan. Seiring berjalannya waktu, banyak bermunculan warung-warung atau rumah makan Sunda, contohnya seperti yang berada di Kota Bogor, yaitu Gurih 7 Bogor, Saung Kuring, Talaga Sampireun, dan sebagainya. Walaupun demikian, cita rasa akan kuliner masakan Sunda yang sederhana tidak akan tergantikan. Gastronom Sunda dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Riadi Darwis mengatakan bahwasanya rumah makan Sunda memiliki perbedaan dengan rumah makan lainnya di Indonesia. Rumah makan Sunda memiliki identitas budaya dan kearifan lokal sebagai ciri khas dan utama, yakni lekat akan suasana alam dan tradisional. Nuansa ketenangan nan santai yang dirasakan melalui suasana tersebut yang merepresentasikan filosofi masyarakat Sunda yang dekat dengan alam (Setyawan dkk, 2022). 

Rencana Strategis Makanan Sunda dalam Gastrodiplomasi Jawa Barat

Upaya gastrodiplomasi Jawa Barat sendiri sebenarnya sudah terlihat pada aktivitas pemerintah Jawa Barat pada kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil dengan mengikuti gelaran atau festival makanan dan minuman di luar negeri. Contohnya, World of Coffee Exhibition yang diadakan di Milan pada 23–25 Juni 2022, di mana Jawa Barat mengirimkan 10 produk kopi lokal dengan kios “West Java Coffee” yang dinilai menarik banyak perhatian pengunjung (Disparbud Jawa Barat, 2022). Selain itu, dalam jamuan atas kunjungan Menteri Luar Negeri Inggris Elizabeth Truss pada 2021, upaya gastrodiplomasi dilakukan melalui ‘Diplomasi Cendol’. Es cendol sendiri merupakan minuman yang berasal dari Jawa Barat dan memiliki jenama yang terkenal, yaitu Cendol ‘Elizabeth’. Penggunaan diplomasi ini membuat suasana obrolan Ridwan Kamil dengan Elizabeth Truss lebih cair (CNN Indonesia, 2021).

Kedua contoh diatas menunjukkan Provinsi Jawa Barat dapat memulai untuk membentangkan persaingan industri makanan dan minumannya di luar negeri. Tercatat, jumlah perusahaan makanan dan minuman di Jawa Barat tercatat 267.847 perusahaan (BPS, 2023). Dari sekian banyak industri kreasi kuliner, pemerintah Jawa Barat dapat menyeleksi dan menetapkan mana saja perusahaan yang menaungi rumah makan atau restoran Sunda, seperti RM Ampera, Sindang Reret Restaurant ataupun Warung Nasi Alam Sunda. Kemudian, perusahaan-perusahaan ini disatukan menjadi dalam suatu holding company, dan membentuk kerja sama antar lembaga pemerintah dengan mendirikan BUMD Jawa Barat di bidang kuliner sebagai pengawasan, strategi perencanaan, dan kontrol kualitas makanan.

Dalam hal penyediaan bahan makanan sendiri, menjadi tantangan bagi Indonesia yang dinilai masih terbatas untuk ditemukan di luar negeri. Membuat restoran Indonesia di luar negeri tidak bertahan lama (Kompas, 2018). Apabila ditemukan pun bumbu dan rempah asal Indonesia dinilai sangat mahal sebab tarif distribusinya. Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif membentuk program Indonesia Spice Up The World pada tahun 2021 untuk memasarkan produk bumbu dan rempah sebagai produk unggulan Indonesia. Program ini menargetkan 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dengan meraup nilai ekspor sebesar US$2 Miliar atau Rp2,75 triliun dalam produk bumbu dan rempah-rempah (The Conversation, 2022). 

Program tersebut dapat dimanfaatkan oleh restoran Sunda di luar negeri sebagai promosi sekaligus dalam pemenuhan bahan-bahan makanan Sunda yang langsung didistribusikan ke setiap restoran. Pendistribusian bahan makanan melalui maskapai Garuda Indonesia ini memberikan fasilitas priority handling dan priority confirm (Widiastutie, 2021), yang menandakan keaslian dan kesegaran bahan makanan. Selanjutnya dalam hal penyediaan bahan makanan dari Provinsi Jawa Barat sebagai produsen utama. Dengan memanfaatkan program Petani Milenial, banyak petani muda yang dapat didorong untuk mengembangkan bahan-bahan makanan berkualitas asal Jawa Barat. Selain itu, pemerintah Provinsi Jawa Barat juga mengeluarkan insentif dan pemotongan pajak bagi bahan-bahan makanan yang akan di ekspor ke restoran Sunda di luar negeri, untuk mempermudah pasokan bahan makanan yang dapat dikirimkan. 

Terakhir, menyadari bahwa tidak sedikit dana yang dibutuhkan untuk merealisasikan strategi gastrodiplomasi ini, maka pendanaan dinilai sebagai hal persoalan yang utama. Adapun solusinya dapat melalui investasi, di mana di Jawa Barat sendiri memegang realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) tertinggi di Indonesia dengan meraup hingga Rp174,6 triliun pada 2022 (Databoks, 2023). Selain itu, Bank BJB selaku bank pemerintah daerah Jawa Barat dapat bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri dan diaspora Indonesia untuk membantu pemenuhan berupa peralatan memasak, pemilihan lokasi restoran dan promosi masakan. Selanjutnya memanfaatkan kerja sama Sister Province dalam memudahkan birokrasi untuk pendirian restoran, investasi terhadap kuliner, memberikan insentif pajak, permudah distribusi dan sebagainya.

Dengan demikian, rencana strategis ini sudah seharusnya melibatkan koordinasi antar lembaga dan pemerintah. Oleh karena selain selain memperkenalkan budaya, ekonomi dan pariwisata akan ikut terbawa dampak positif seiring datangnya wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia khususnya Provinsi Jawa Barat. 

Kesimpulan

Melalui gelaran festival atau event untuk menarik wisatawan luar daerah maupun asing, Jawa Barat dapat menjadi pelopor gastrodiplomasi dalam pendirian restoran Sunda di luar negeri. Potensi masakan Sunda yang mengedepankan keterkaitan dekat dengan alam, dengan mayoritas pangannya berbahan dasar nabati dan makanan rumahan atau domestik menjadi poin utama untuk dipromosikan ke seluruh dunia. Untuk itu, rencana strategis untuk mewujudkan gastrodiplomasi makanan Sunda, juga dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak untuk berkolaborasi baik lembaga/pemerintah tingkat daerah maupun pusat untuk dapat bersama-sama merumuskan kebijakan terkait gastrodiplomasi, sehingga keterlibatan masyarakat umum khususnya masyarakat Jawa Barat hingga petani dapat mendukung berjalannya program gastrodiplomasi ini.   

Referensi

Adji, dkk. (2019). Sosialisasi Sunda Kepada Mahasiswa Asing Melalui Pengenalan Kuliner Sunda. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat 8 (3). 186-190.

Bappeda Provinsi Jawa Barat. (2020, Januari 23). Kebudayaan Jadi Kekuatan Pariwisata Jabar. http://bappeda.jabarprov.go.id/kebudayaan-jadi-kekuatan-pariwisata-jabar/.

Biro Perekonomian Provinsi Jawa Barat. (2023). Petani Milenial Juara. https://petanimilenial.jabarprov.go.id/.

Bisnis Indonesia. (2019, September 17). Kemenpar Lakukan Co-Branding Restoran. Indonesia di Luar Negeri. https://ekonomi.bisnis.com/read/20190917/12/1149509/-kemenpar-lakukan-co-branding-restoran-indonesia-di-luar-negeri

BPS. (2023). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.

BPS Jawa Barat. (2023). Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2023. Bandung: BPS Jawa Barat.

CNN Indonesia. (2021, November 12). Diplomasi Cendol, Ridwan Kamil Jamu Menlu Inggris Kunker di Kota Bogor. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211112170640-25-720430/diplomasi-cendol-ridwan-kamil-jamu-menlu-inggris-kunker-di-kota-bogor.

Databoks. (2023, Januari 26). Jawa Barat, Provinsi Penerima Investasi Terbesar Pada 2022. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/01/26/jawa-barat-provinsi-penerima-investasi-terbesar-pada-2022.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. (2022, Juni 23). Pemprov Jabar Bawa 10 Kopi Terbaik ke World of Coffee Milan, Pameran Terbesar untuk Pelaku Bisnis Kopi di Dunia. https://disparbud.jabarprov.go.id/pemprov-jabar-bawa-10-kopi-terbaik-ke-world-of-coffee-milan-pameran-terbesar-untuk-pelaku-bisnis-kopi-di-dunia/ .

Ekadjati, E. S. (2014). Kebudayaan Sunda: suatu pendekatan sejarah. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya. 

Kompas. (2018, Desember 8). Cerita Kenapa Restoran Indonesia di Luar Negeri Tak Bertahan Lama. https://travel.kompas.com/read/2021/07/19/175717627/indonesia-spice-up-the-world-upaya-kemenparekraf-promosikan-rempah-nusantara?page=all 

Kompas. (2021, September 9). Menparekraf Sebut Sektor Kuliner Sumbang 42 Persen Pendapatan Negara Saat Pandemi. https://www.kompas.com/food/read/2021/09/14/192700975/menparekraf-sebut-sektor-kuliner-sumbang-42-persen-pendapatan-negara-saat?page=all.

Media Indonesia. (2023, Februari 2). Konsumen Makanan Berbasis Vegan Meningkat. https://mediaindonesia.com/humaniora/555156/konsumen-makanan-berbasis-vegan-meningkat.

Murdijati-Gardjito., Pridia, H., & Millaty, M. (2019). Kuliner Sunda: nikmat sedapnya melegenda. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahman, F. (2018). Sunda dan budaya lalaban: melacak masa lalu budaya makan Sunda. Metahumaniora, 8 (3). 289-299.

Rockower, P. S. (2011). Projecting Taiwan: Taiwan’s Public Diplomacy Outreach. Issues & Studies, (1). 107 – 152 

Setyawan, dkk. (2022). Kuliner Sunda di Tengah Laju Modernitas: Perkembangan Rumah Makan Sunda di Bandung Tahun 1960-an hingga 2000-an. Historiography: Journal of Indonesian History and Education, 2 (2). 204-218.

 Suriawiria, U. (1987). Lalab dalam Budaya dan Kehidupan Masyarakat Sunda. Bandung: Granesia.

___________. (2001). Makanan Tradisi ’Urang’ Sunda”, dalam Konferensi Internasional Budaya Sunda, Bandung, 22 – 25 Agustus 2001.

The Conversation. (2022, April 8). Bagaimana Indonesia dapat Melebarkan Pengaruh Lewat Makanan. https://theconversation.com/bagaimana-indonesia-dapat-melebarkan-pengaruh-lewat-makanan-180858.

Turgarini, D. (2018). Gastronomi Sunda Sebagai Atraksi Wisata di Kota Bandung (Doktor Disertasi). Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

Widiastutie, S. (2021). Diplomasi Ekonomi dalam Mendukung Penguatan Ekonomi Digital Indonesia Studi Kasus: Gastrodiplomasi Dalam Program Indonesia Spice Up The World. Jurnal Education and Development, 9 (4). 677 – 680.

Muhamad Fikri Asy’ari merupakan mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia. Dapat ditemukan di Instagram dengan nama pengguna @fasy.ari

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *