Meninjau Posisi Indonesia di Mata Negara-Negara Melanesia

0

Pengesahan Indonesia sebgaai associate member MSG. Foto: ABC News

Rasanya tidak hanya sekali Indonesia berdebat dengan Vanuatu mengenai masalah Papua Barat di sidang umum PBB. Tercatat beberapa diplomat kita sudah pernah membalas pernyataan  dari yang kurang menyenangkan dari pejabat Vanuatu mengenai masalah ini.

Dalam hubungan kenegaraan, ternyata Indonesia dan Vanuatu tergabung dalam sebuah kelompok intergovermental bernama Melanesian Spearhead Group (MSG) yang menenmpatkan Indonesia adalah sebagai associate member sedangkan Vanuatu sebagai anggota dan pendiri MSG bersama Fiji, Kepulauan Solomon dan Papua Nugini. 

Untuk lebih memahami posisi Indonesia di MSG, terlebih dahulu kita harus memahami apa itu MSG. MSG merupakan salah satu kelompok kerjasama yang terletak di kepulauan Pasifik, khususnya adalah negara-negara yang memiliki penduduk dengan ras Melanesia dengan anggotanya adalah negara seperti Fiji, Kepulauan Solomon, Papua Nugini dan Vanuatu serta sebuah kelompok politik pro kemerdekaan Kaledonia Baru bernama Front de Libération Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS) (Cain, 2014). Selain anggota tetap, MSG juga memiliki satu negara associate member yaitu Indonesia dan dua pengawas (observer) yaitu Timor Leste dan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Keberadaan Indonesia dan ULMWP dalam satu organisasi ini menjadi amat menarik untuk dilihat karena dalam praktiknya keberadaan kedua pihak membelah MSG menjadi dua kubu yaitu yang pro Indonesia dan yang pro dengan UMLWP.

Indonesia dapat bergabung dengan MSG berdasarkan klaim yang menyatakan bahwa terdapat sekitar 11 juta warga rumpun Melanesia yang tersebar di lima provinsi di Indonesia Timur, yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai rumah terbesar bagi ras Melanesia jika dibandingkan dengan semua negara MSG seperti Papua Nugini (8.935.000), Fiji (926.276), Kepulauan Solomon (652.857), dan Vanuatu (307.815) hal ini kemudian ditindaklanjuti dengan bergabungnya Indonesia sebagai observer pada tahun 2011 dan kemudian menjadi associate member pada tahun 2015 yang perwakilannya dipilih dari  salah satu dari lima daerah dengan penduduk rumpun Melanesia di Indonesia (Ramadhan, 2018).

Namun, pada praktiknya keberadaan Indonesia sebagai negara associate mendapat banyak perlawanan dari negara dan kelompok di dalam internal MSG. Tercatat Kepulauan Solomon, Vanuatu dan FLNKS sebagai representasi Kaledonia Baru di MSG menolak kehadiran Indonesia dalam MSG. Di sisi lain, mereka mendukung posisi ULMWP sebagai anggota dikarenakan menganggap bahwa ULMWP adalah representasi yang sah dari Papua Barat.

Hubungan Indonesia dengan Negara dan Organisasi MSG

Fiji dan Papua Nugini merupakan anggota MSG yang sangat pro dengan Indonesia, hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor produk Indonesia di kepada Papua Nugini sebesar $174,85 juta dan Fiji sebesar $22,94, jumlah yang cukup timpang jika dibandingkan dengan angka ekspor Indonesia ke Kepulauan Solomon dan Vanuatu sebesar $16,55 juta dan $4,67 juta (Tirto, 2019). Selain hubungan dagang, Indonesia juga kerap memberikan bantuan kemanusiaan untuk pengembangan negara-negara pasifik, salah satunya yang terbaru adalah ketika Indonesia membentuk badan bernama Agency for International Development (AID), yang menyalurkan dana kepada negara-negara penerima, yang salah satunya adalah Kepulauan Solomon (Solomon Star News, 2019). Dalam hal ini Indonesia menegaskan posisinya di hadapan negara negara MSG dengan beberapa diplomasi soft power seperti festival budaya Melanesia yang diadakan di Kupang pada tahun 2015, yang juga menunjukkan budaya Melanesia diluar Indonesia (Kompas, 2015). Hal ini dilakukan untuk menunjukan bahwa Melanesia yang ada di Indonesia tidak hanya yang berada di Papua dan Papua Barat namun juga tersebar di provinsi lainnya di Indonesia (Al Hasyim, 2017).

Selain itu, sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang mendukung kemerdekaan segala bangsa dan menentang penjajahan, Indonesia juga mendukung kemerdekaan negara-negara pasifik. Indonesia tercatat mendukung kemerdekaan Vanuatu pada tahun 1980 dan turut mensponsori Papua Nugini, Vanuatu, dan Kepulauan Solomon  yang mendukung Kemerdekaan Kaledonia Baru yang kemudian berhasil memasukan masalah dekolonisasi Kaledonia Baru menjadi salah satu agenda dalam Sidang umum PBB pada tahun 1986. Kemudian berdasarkan dukungan ASEAN terutama Indonesia, upaya ketiganya menghasilkan sebuah resolusi PBB No.43/53 tahun 1988 dari resolusi diputuskan bahwa Kaledonia Baru berstatus sebagai “wilayah yang belum mempunyai pemerintahan” (Hamid, 1996).

Selain itu, terdapat juga beberapa alasan yang menyebabkan MSG tertarik untuk menjadikan Indonesia sebagai anggotanya, salah satunya adalah kondisi saat Indonesia saat ini memiliki PDB dihitung dengan PPP sebesar $3.740 Trilyun, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan total PDB dihitung dengan PPP seluruh anggota MSG yang hanya sebesar $20.512 milliar. Selain itu, Papua Nugini sebagai salah satu pendukung Indonesia untuk bergabung menjadi anggota MSG juga memiliki kepentingan geopolitik, salah satunya adalah keinginan mereka untuk menjadi salah satu anggota ASEAN setelah semenjak tahun 1976 hanya menjadi salah satu negara pengamat. Dalam hal ini, Indonesia menjadi salah satu sponsor utama bagi Papua Nugini untuk menjadi salah satu anggota ASEAN.

Saya melihat bahwa yang semakin membuat sulit diterimanya Indonesia di MSG oleh anggota-anggota lainnya adalah sikap rasisme sebagian warga Indonesia, saya ingin menguatkan pernyataan yang mengatakan bahwa masih ada sebagian masyarakat Indonesia kerap kali mengeluarkan pernyataan yang menyakitkan bagi bangsa Melanesia. Hal ini semakin terlihat ketika Vanuatu mengeluarkan pernytaan yang berbeda dari apa yang diyakini oleh Indonesia mengenai masalah Papua Barat. Terdapat banyak serangan rasisme yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia terhadap ciri-ciri fisik bangsa Melanesia yang berada di timur Indonesia, yang cukup berbeda dengan mayoritas masyarakat Indonesia lainnnya. Sikap kurang menghargai ini tentunya juga menyakitkan bagi negara-negara MSG. Sulit rasanya apabisal Indonesiamengharapkan simpati dari negara-negara Melanesia yang menentang keberadaan Indonesia di MSG, jika orang Indonesia sendiri tidak dapat menghargai orang-orang Melanesia terlebih dahulu.

REFERENSI

Buku

Hamid, Z. (1996). Politik di Melanesia. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Skripsi dan Tesis

Al Hasyim, M. M. (2017). Diplomasi Indonesia dalam Melanesian Spearhead Group (MSG) Terhadap Penajagaan Kedaulatan RI di Papua Barat 2013-2016. Jakarta: UIN Jakarta

Ramadhan, F. Z. (2018). Peningkatan Status Indoneisa Menjadi Associate Member Melanesian Spearhead Group. Jember: Universitas Jember.

Arttikel Daring

Cain, T. N. (2014). The Melanesian Spearhead Group: What is it, and what. The Interpreter. https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/melanesian-spearhead-group-what-it-and-what-does-it-do

Kompas. (2015). 7 Negara Siap Hadiri Festival Budaya Melanesia di NTT. Kompas. https://travel.kompas.com/read/2015/10/10/112600327/7.Negara.Siap.Hadiri.Festival.Budaya.Melanesia.di.NTT

Solomon Star News. (2019). SI, Indonesia sign development cooperation framework, grant deal. Solomon Star. https://theworldnews.net/sb-news/si-indonesia-sign-development-cooperation-framework-grant-deal

Tirto. (2019). Siapa Kawan dan Lawan Indonesia di Melanesia Soal Papua Merdeka?. Tirto. https://tirto.id/siapa-kawan-dan-lawan-indonesia-di-melanesia-soal-papua-merdeka-df4R

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *