Paksa Pesawat Mendarat di Minsk, Belarus Tangkap Jurnalis Oposisi

0

Ilustrasi pesawat Ryanair yang dipaksa mendarat di Minsk, Belarusia. Foto: AP

Pada Minggu (23/05) sore, terjadi insiden yang mengejutkan di langit Belarus. Pesawat milik maskapai Ryanair penerbangan 4978 dipaksa oleh otoritas Belarus untuk mendarat di Minsk, Ibukota Belarus.

Ternyata, pendaratan pesawat tersebut diarahkan untuk tujuan yang tidak demokratis: menahan Roman Protasevich, jurnalis yang juga menjadi figur oposisi di “negara diktator terakhir di Eropa” tersebut.

Roman Protasevich merupakan jurnalis yang pernah bekerja untuk NEXTA, media berita Polandia yang menyiarkan video protes terhadap Lukashenko pada 2020 melalui Telegram. Akibatnya, ia menjadi buron otoritas Belarus yang berujung kepada penangkapannya pada hari Minggu kemarin.

Dikutip dari BBC, kronologi kejadian tersebut bermula saat pesawat Ryanair lepas landas dari Athena, Yunani menuju Vilnius, Lithuania. Ketika melintasi langit Belarus yang menjadi bagian dari rute pesawat, awak pesawat mendapatkan pemberitahuan dari pengawas udara Belarus bahwa ada ancaman bom di pesawat sehingga diminta untuk mendarat di Minsk.

Tidak hanya itu, menurut pers kepresidenan Belarus, Angkatan Udara bahkan mengirimkan pesawat tempur MiG-29 untuk mengawal pesawat milik maskapai Irlandia tersebut yang disebut-sebut diperintahkan langsung oleh Presiden Belarus Alexander Lukashenko.

Setelah dilakukan pengecekan, petugas setempat tidak menemukan satupun bom di dalam pesawat dan memperbolehkan pesawat tersebut untuk kembali mengudara.

Namun, sebelum kembali mengudara, otoritas keamanan Belarus menurunkan Roman Protasevich dari pesawat tersebut dan menangkapnya.

Protasevich pun sudah tahu konsekuensi jika ia ditangkap oleh pihak Belarus; ketika pesawat yang ia tumpangi dipaksa mendarat di Minsk, ia terlihat penuh ketakutan dan berujar bahwa ia akan “menghadapi hukuman mati.”

Pendaratan paksa dan penahanan oposisi di Belarus tersebut segera direspon dengan keras oleh negara-negara di Eropa dan sekitarnya. Banyak pihak juga segera menghubungkan aksi tersebut dengan upaya Alexander Lukashenko menjegal oposisi.

Dikutip dari The Guardian, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki menyebut bahwa pesawat tersebut “dibajak” dan menuduh Lukashenko bertanggung jawab atas aksi “terorisme negara”.

Sementara itu, AS, Inggris, Jerman, Irlandia, Polandia, Ceko, dan negara-negara Baltik mengutuk “pembajakan” yang dilakukan Belarus dan meminta penghentian penerbangan di atas langit Belarus. Menurut Profesor di Russian Higher School of Economics Dr. Gleb Bogush, tindakan otoritas Belarus tersebut merupakan “preseden yang berbahaya” dan dapat membahayakan kru serta penumpang.

Pada hari Senin (24/05), pemimpin-pemimpin Uni Eropa pun akan bertemu untuk menentukan balasan terhadap aksi Belarus tersebut.

Belarus sendiri merupakan negara yang dikenal sebagai negara paling tidak demokratis di Eropa. Sejak 27 tahun lalu, negara pecahan Uni Soviet tersebut dipimpin oleh Alexander Lukashenko yang berusaha membangkitkan memori pro-Soviet dan meresmikan persatuan dengan Rusia.

Meskipun ia dipilih secara demokratis pada 1994, Lukashenko berubah menjadi pemimpin yang diktator dan tidak segan membungkam oposisi. Akibatnya, Belarus diisolasi dari Eropa dan selalu bergantung kepada dukungan Rusia.

Ketidakpuasan rakyat pun memuncak pasca penahanan calon presiden dari pihak oposisi pada 2020 yang memicu protes besar-besaran sejak tahun itu. Seakan tidak mau menyerah, Lukashenko pun merespons dengan keras, seperti menahan oposisi dan menyiksa demonstran yang ditangkap otoritas keamanan.

Tindakan Belarus yang melanggar norma penerbangan internasional tersebut tentu akan semakin memanaskan relasinya dengan Uni Eropa. Hal ini juga menempatkan Belarus dalam isolasi dunia yang semakin dalam. Dengan semakin goyahnya kekuasaan Lukashenko, tampaknya sang diktator terakhir Eropa justru menjadi semakin reaktif terhadap siapapun yang mengancamnya.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *