Politisi Sayap Kanan Bakar Al-Qur’an, Swedia Dilanda Kerusuhan

0

Ilustrasi kerusuhan yang terjadi di kota-kota Swedia. Foto: AFP

Kerusuhan kini tengah melanda berbagai kota di Swedia sebagai buntut dari aksi provokatif pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan pada Kamis (14/4) lalu. 

Pembakaran kitab suci umat Islam ini dilakukan pada aksi demonstrasi kelompok sayap kanan, Stram Kurs, yang dipimpin oleh tokoh politik kontroversial asal Denmark, Rasmus Paludan. 

Paludan telah menyatakan rencananya untuk melakukan aksi ini melalui laman Facebooknya, dengan mengatakan bahwa inilah “saatnya untuk membakar Al-Qur’an” serta menuangkan “darah babi” di atasnya.

Paludan sebagai ketua partai sayap kanan Stram Kurs berhasil memobilisasi massa untuk melakukan aksi provokasi tersebut dengan dalih kebebasan berekspresi. 

Kerusuhan di Berbagai Kota

Menanggapi aksi pembakaran ini, sejumlah demonstrasi kontra pembakaran Al-Qur’an muncul di beberapa kota. Sebagian diantaranya berseteru dengan massa sayap kanan pro-Paludan.

Dilansir dari AP News, kerusuhan terjadi di kota Landskrona di mana pada awalnya direncanakan aksi pembakaran di kota itu sebelum akhirnya lokasi aksi dipindahkan ke kota Malmo. Massa aksi kemudian melakukan protes dengan membakar mobil, melempar batu, serta memblokade jalan.

Kerusuhan juga pecah di kota Orebro setelah beredarnya informasi mengenai rencana pembakaran Al-Qur’an disana. Akibatnya, 12 polisi terluka serta empat kendaraan polisi terbakar.

Demonstrasi kemudian dilakukan oleh Paludan dan kelompoknya di kota Malmo pada Sabtu (16/04). Aksi ini kemudian mendapat perlawanan berupa pelemparan batu. Paludan sendiri dikabarkan terkena lemparan batu di kakinya.

Kerusuhan masih berlanjut hingga Minggu (17/04) di kota Norrkoping, di mana sejumlah kendaraan dibakar dan 17 orang berhasil diamankan. Kerusuhan pun turut terjadi di kota Linkoping dan ibu kota Stockholm.

Respon serta Kecaman

Menanggapi kerusuhan yang menjalar, Paludan tampaknya masih belum cukup puas dengan aksinya. Paludan mengatakan bahwa ia masih akan melakukan aksi serupa di kemudian hari. 

Selanjutnya kecaman terhadap aksi penistaan ini datang dari dalam dan luar negeri. Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson menegaskan bahwa pemerintahannya tidak menerima segala bentuk aksi yang dapat berujung terhadap kekerasan. 

Pemerintah Iran dan Irak juga dikabarkan memanggil utusan Swedia untuk menyatakan protesnya terhadap aksi pembakaran ini. 

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Luar Negeri juga mengecam aksi ini dengan menyebutnya sebagai aksi yang “tidak bertanggung jawab dan tidak terpuji.”

Bukan Pertama Kali

Sebelumnya, Rasmus Paludan pernah dipenjara pada tahun 2019 dan 2020 lalu akibat kasus rasisme dan pencemaran baik. Aksi pembakaran Al-Qur’an ini hanyalah satu lagi dari aksi kontroversial Paludan.

Namun, aksi pembakaran ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Barat. Aksi kali ini adalah bagian dari Islamophobia yang terus eksis di Barat.

Aksi pembakaran Al-Qur’an paling terkenal terjadi pada 2011 di AS oleh Terry Jones sebagai peringatan peristiwa 9/11. Selain di AS, pembakaran dan perusakan Al-Qur’an setidaknya pernah terjadi di Denmark, Prancis, Malta, dan Belanda.

Pembakaran Al-Qur’an ini tentu tidak menjadi bagian dari kebebasan berpendapat ataupun kritisisme terhadap Islam, melainkan tindakan yang cenderung provokatif. Selain itu, peristiwa ini juga kerap kali mengundang kerugian-kerugian yang tidak perlu. Pemerintah Swedia perlu merespon kejadian kali ini dengan tegas agar tidak menimbulkan kerusuhan yang berkepanjangan.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *