Dibalik Inefektivitas Serangan AS-Inggris dalam Menghentikan Houthi di Laut Merah

0

Ilustrasi Serangan AS-Inggris Terhadap Houthi. Foto: MoD/Getty.

Sejak Perang Hamas-Israel meletus pada 7 Oktober 2023 lalu, situasi geopolitik di kawasan Timur Tengah semakin bergejolak. Dimulai dari ketakutan akan semakin meluasnya konflik menjadi peperangan regional dengan Israel hingga meletusnya berbagai ketegangan tambahan, seperti yang dilakukan oleh Iran melalui serangan terbatas ke Irak dan Pakistan.

Akan tetapi, barangkali salah satu dampak terbesar yang tidak diantisipasi sebelumnya dari konflik tersebut serangan Houthi terhadap jalur perkapalan internasional. Serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial yang melintas melalui Selat Bab al-Mandab di Laut Merah telah mendisrupsi perdagangan internasional. Dengan casus belli menghentikan agresi Israel, misil dan drone Houthi menyasar aktor yang mendukung atau berpengaruh terhadap Israel, seperti kapal-kapal dari negara Barat. Hal ini tentu mengganggu perdagangan global yang sangat bergantung pada keamanan di Laut Merah. Akibatnya banyak kapal komersial yang terpaksa memutar melalui Afrika Selatan, yang tentunya menyebabkan biaya tambahan dan memakan waktu lebih lama.

Dalam mengatasi tantangan dari Houthi tersebut, koalisi militer AS dan Inggris telah melancarkan serangan baik melalui udara maupun laut kepada target militer di Yaman. Namun, apakah serangan udara tersebut cukup untuk untuk menghentikan gangguan Houthi di Laut Merah?

Faktor Houthi

Efektivitas serangan yang dilancarkan oleh AS dan Inggris terhadap basis Houthi untuk menghentikan gangguan pelayaran komersial di salah satu rute perdagangan terpenting dunia tersebut menimbulkan tanda tanya. Hal ini diakui oleh Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu (17/01) bahwa serangan yang dilancarkan AS dan Inggris tidak akan berhasil menghentikan gangguan Houthi di Laut Merah. Pesimisme ini memang tidak terjadi tanpa alasan. Terdapat beberapa hal yang membuat serangan AS dan Inggris tidak akan efektif untuk menghentikan ancaman Houthi terhadap jalur pelayaran di Laut Merah.

Pertama, meskipun serangan udara yang menargetkan Anti-Ship Ballistic Missiles (ASBMs) milik Houthi sebelum mereka diluncurkan tampak berhasil, tetapi AS dan Inggris tentu tidak bisa mengharapkan mereka untuk mencegat setiap peluncuran. Justru, Houthi bisa saja mengubah posisi peluncuran ASBMs jauh lebih ke dalam untuk menghindari serangan AS dan Inggris.

Kedua, tidak ada korelasi antara kekuatan udara dengan keberhasilan untuk mencegah peluncuran misil, terutama ketika posisinya terus bergerak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan penggunaan pasukan darat, yang tentu bertentangan dengan tujuan politik domestik Amerika Serikat dan fokusnya di Asia Timur menghadapi Tiongkok.

Ketiga, serangan yang dilakukan AS dan Inggris baik melalui udara maupun laut tidak akan bekerja pada musuh yang tidak memperdulikan hal tersebut. Dalam hal ini, serangan yang dilakukan Houthi tampaknya telah dipikirkan dengan matang oleh para pembuat kebijakan. Situasi sulit dari politik domestik AS ditambah dengan fokus mereka yang beralih ke Asia Timur menjadi pertimbangan Houthi dalam keberaniannya menentang AS dan sekutunya.

Faktor Iran

Selain ketiga hal dari Houthi tersebut, Iran menjadi faktor penggerak utama dari ketegangan di Laut Merah yang patut diperhitungkan. Iran berperan sebagai pemain kunci sebagai sekutu utama Houthi dalam mendukung upaya mengganggu jalur perdagangan komersial di Laut Merah.

Pertama, Iran menjadi aktor utama yang menyuplai Houthi dengan berbagai persenjataan untuk melakukan aksinya di Laut Merah. Serangan menggunakan ASBMs dan drone seperti Shahed yang digunakan oleh Houthi tidak akan terjadi tanpa bantuan Iran.

Kedua, teknologi yang dimiliki oleh Iran tidak dapat dianggap remeh. Iran mampu melakukan inovasi dan mengembangkan senjata yang efektif, khususnya untuk peperangan asimetris. Kemampuan tersebut telah ditunjukan pada Perang Rusia-Ukraina dan saat ini melalui ketegangan di Laut Merah. Sangat mungkin Houthi belum mengeluarkan seluruh kemampuan mereka dalam ketegangan ini yang patut diwaspadai oleh AS.

Terakhir, Iran melalui Garda Revolusi beserta dengan sayap militer dari Hizbullah turut memberikan bantuan kepada Houthi. Dukungan ini berupa data intelijen, pelatihan, dan penggunaan alutsista untuk mendukung operasi Houthi di Laut Merah. Kemampuan Iran untuk memobilisasi proksinya seperti Hizbullah sebagai penasehat, dan Houthi sebagai pelaksana di lapangan menunjukan kuatnya kemampuan politik Iran.

Dua Opsi AS dan Inggris

Berdasarkan pertimbangan faktor Houthi dan Iran, terdapat dua opsi utama yang patut diperhitungkan oleh AS dan Inggris jika ingin benar-benar menghentikan serangan Houthi. Pertama, kekuatan udara dan laut saja tidak akan mampu menghentikan gangguan Houthi di Laut Merah. Keduanya butuh kekuatan darat untuk benar-benar menghentikan serangan Houthi. Akan tetapi, seperti yang diketahui secara luas, baik AS maupun Inggris tampaknya benar-benar enggan untuk mengambil opsi tersebut.

Kedua, barangkali AS dan Inggris harus “memotong” dukungan Iran terhadap Houthi apabila ingin menghentikan aksi Houthi dari mengganggu jalur pelayaran di Selat Bab al-Mandab. AS dan Inggris harus mampu menghentikan suplai Iran dan proksinya terhadap Houthi. Hal ini sulit dilakukan secara praktis, tetapi tanpa melakukan hal tersebut tidak ada solusi jangka panjang untuk menghentikan serangan Houthi terhadap jalur perkapalan internasional.

Terlepas dari inefektivitas serangan terhadap Houthi dan keengganan AS-Inggris untuk melakukan intervensi on the ground, Presiden Joe Biden menyatakan bahwa dia akan terus melanjutkan serangannya terhadap milisi Houthi. Oleh karena itu, besar kemungkinan AS dan Inggris akan melanjutkan serangannya terhadap Houthi tanpa improvisasi yang berarti. Hal ini menjadikan serangan terhadap Houthi menjadi sesuatu yang secara de facto tidak efektif, tetapi tetap diperlukan secara simbolis oleh AS dan koalisinya sebagai polisi dunia dan penjaga Israel.

Muhammad Gilang Rasyid merupakan mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran. Dapat ditemukan di Instagram dengan nama pengguna @gilang_rasyid

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *