Diplomasi Olahraga: Peluang Normalisasi Hubungan Israel dan Indonesia melalui Piala Dunia FIFA U-20 

0

Ilustrasi pertandingan Piala Dunia U-20. Foto: Getty Images

Tim Nasional sepak bola kelompok usia 20 tahun Israel dipastikan lolos ke Piala Dunia FIFA U-20 di Indonesia tahun depan. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan maupun spekulasi terkait keterlibatan Israel di ajang olahraga internasional ini dengan bagaimana Indonesia akan menyikapinya. Seperti yang kita ketahui, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, ditambah lagi hubungan yang kuat antara Indonesia dan Palestina menjadikan datangnya Israel ke Piala Dunia U-20 tahun depan bisa menjadi salah satu fenomena yang sedikit banyak mengubah sejarah. 

Perlu diketahui sebelumnya, hubungan mesra antara Indonesia dan Palestina beberapa kali membuat pertandingan olahraga internasional antara Indonesia dan Israel harus dibatalkan. Pertama kali terjadi pada Kualifikasi Piala Dunia tahun 1958. Pada saat itu, Indonesia menolak bertandang ke Israel atas dasar solidaritas untuk Palestina, yang juga diinstruksikan oleh Presiden Soekarno. 

Kemudian pada cabang olahraga tenis pada kompetisi Grup Piala Federasi 2006, tim Indonesia juga tidak bertandang ke Israel, karena Menlu Hassan Wirajuda pada saat itu Kembali mempertimbangkan izinnya. Yang terbaru, pada tahun 2015 atlet bulutangkis asal Israel, Misha Zilbermain, mengalami kendala Ketika akan bertanding di Kejuaraan Dunia 2015 di Indonesia, dan baru bisa datang ke Indonesia hanya 11 jam sebelum bertanding setelah sebelumnya tertahan di Singapura.

Kali ini, Ketum PSSI Mochamad Iriawan serta Menpora Zainudin Amali mengatakan bahwa akan mengakomodir semua negara yang lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 tahun depan—tidak terkecuali Israel. Hematnya, Mochamad Iriawan mengatakan bahwa dalam sepak bola tidak ada politik. Ketum PSSI menambahkan bahwa hal ini telah disetujui pemerintah, dan dalam sepak bola tidak ada masalah terkait isu konflik antara Israel dan Palestina. 

Politik dan Olahraga

Perlu diketahui bahwa olahraga sangat erat kaitannya dengan politik. Sebagian besar jenis olahraga pada awal mula sejarah penciptaannya, berkaitan erat dengan kehidupan politik sehari-hari. Sepak bola, sebagai olahraga yang populer, pada awal kemunculannya dijadikan sebagai salah satu alat perlawanan oleh kaum buruh di Inggris. Seringkali juga, dalam olahraga lainnya kaum buruh membentuk perkumpulan atau persatuan olahraga sebagai salah satu bentuk perlawanan.

Dalam Hubungan Internasional, kaitan antara politik dan olahraga bertumpu pada hubungan antara satu negara dengan negara lainnya, dan juga dengan komunitas atau masyarakat internasional. Oleh karena itu, salah satu aspek penting yang dibawa oleh suatu negara dalam suatu cabang olahraga yaitu identitas. Olahraga memberikan lensa yang jelas di mana identitas nasional suatu negara diperlihatkan (Cha, 2009). Hal ini kemudian mempengaruhi bagaimana suatu negara melihat dirinya sendiri serta citra yang ingin ditampilkannya ke seluruh dunia. 

Selain itu, olahraga juga merupakan salah satu alat diplomasi yang cukup efektif. Dalam diplomasi, olahraga memiliki dua peranan. Pertama, olahraga bisa memfasilitasi terobosan diplomatik yang sulit dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri suatu negara (Cha, 2009). Olahraga menawarkan cara-cara out-of-the-box dan dapat menciptakan atmosfer publik yang baik di negara lain. Salah satu contohnya yaitu diplomasi ping-pong, yang membuka hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat melalui pertukaran atlet tenis meja Amerika Serikat dan Tiongkok pada awal dekade 1970-an.

Kedua, olahraga merupakan alat diplomasi yang cukup koersif, di mana suatu negara bisa melarang atau memboikot partisipasi suatu negara dalam ajang olahraga internasional (Cha, 2009). Dalam hal ini, olahraga dijadikan semacam bentuk sanksi dan juga pesan penolakan atau ketidaksetujuan terhadap suatu negara secara simbolis. Salah satu contohnya yaitu penolakan Indonesia untuk bertanding di Israel seperti yang telah dijelaskan di atas, atau yang paling baru, penolakan terhadap atlet asal Rusia di bermacam cabang olahraga setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Cha (2009) juga mengatakan bahwa olahraga merupakan alat diplomasi yang paling efektif ketika di suatu negara terdapat momentum perubahan politik domestik atau transisi pemerintahan. Melalui momentum ini, olahraga dapat membantu melakukan terobosan diplomatik dengan membentuk saluran komunikasi baru, membuat kesan positif bagi publik suatu negara, serta mempengaruhi opini publik suatu negara untuk memperlancar misi diplomatik antar negara. Ditambah lagi, organisasi internasional di bidang olahraga dapat bertindak sebagai mediator yang menciptakan situasi yang nyaman untuk proses kerjasama antar negara (Trunkos & Heere, 2017). 

Hubungan Indonesia dan Israel

Isu konflik Israel dan Palestina merupakan salah satu alasan mengapa sejauh ini Indonesia belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Didasari dengan Undang-Undang Dasar 1945, secara natural Indonesia meyakini bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Selain itu, sentimen domestik juga secara mayoritas tidak berpihak kepada Israel dalam konteks konflik Israel-Palestina (SMRC, 2021). Namun di Timur Tengah, pada tahun 2020 Israel, Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab menandatangani Perjanjian Abraham atau Abraham Accords. Perjanjian ini singkatnya merupakan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dengan Israel. Setelahnya beberapa negara kemudian ikut menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, di antaranya yaitu Sudan, Maroko, Oman, Bahrain dan Yordania. Perubahan politik luar negeri di Timur Tengah ini bisa menjadi salah satu pendorong bagi Indonesia menormalisasi hubungan diplomatik mereka dengan Israel.

Meskipun hingga kini Indonesia belum memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, perlu diketahui bahwa Indonesia dan Israel memiliki hubungan perdagangan dan pada tahun 2021 angkanya mencapai 550 juta dolar, dengan 84% ekspor Indonesia ke Israel dan sisanya ekspor Israel ke Indonesia (CNN, 2021). Hal ini tentu merupakan keuntungan ekonomi yang lumayan besar bagi Indonesia. Secara domestik, muncul tokoh politik maupun tokoh masyarakat yang dapat dipandang lebih soft dalam pendekatannya dengan Israel. Di antaranya yaitu Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Yahya mengunjungi Israel pada 2018 menjadi pembicara untuk AJC (American Jewish Committee), yaitu organisasi advokasi global Yahudi. Saudara Yahya Cholil Staquf yaitu Menteri Agama Indonesia pada kabinet sekarang, Yaqut Cholil Qoumas.

Piala Dunia FIFA U-20: Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel?

Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia, bahkan pada kategori kelompok usia. Oleh karena itu, Piala Dunia U-20 di Indonesia tahun 2023 nanti akan memberikan banyak sorotan, tidak terkecuali hubungan antara Indonesia dan Israel. Hubungan Indonesia dan Israel di bidang olahraga seperti yang telah dijelaskan bisa dikatakan mengalami perbaikan. Setelah sebelumnya Indonesia menolak bertanding di Israel dan memilih untuk mengundurkan diri, hingga kemudian pada 2015 Indonesia memperbolehkan atlet bulutangkis asal Israel bertanding di Indonesia. Pada Piala Dunia U-20 tahun depan, PSSI dan Kemenpora menjamin partisipasi Israel di gelaran tersebut. 

Ditambah lagi, sepak bola merupakan olahraga favorit masyarakat Indonesia, dan tahun depan merupakan salah satu kesempatan bagi tim nasional Indonesia untuk berkompetisi di kejuaraan dunia. Oleh karena itu, terbentuk semacam goodwill atau kemauan di masyarakat Indonesia untuk melanggengkan Piala Dunia U-20 ini. Dengan menerima Israel sebagai peserta dalam Piala Dunia FIFA U-20, Indonesia tidak menjadikan olahraga sebagai alat diplomasi yang koersif. Sebelumnya, FIFA juga berpesan bahwa semua tim yang lolos untuk diterima. Artinya, kemauan publik Indonesia untuk melihat tim nasionalnya bermain di ajang kelas dunia juga secara tidak langsung, ataupun mau tidak mau, menerima Tim Nasional Israel untuk juga datang dan berkompetisi di Indonesia.

Lolosnya Tim Nasional Israel juga bisa menjadi jalan pembuka saluran komunikasi baru antara Indonesia dan Israel. Setidaknya komunikasi akan terjadi antara Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia dengan Kementerian Budaya dan Olahraga Israel.  Komunikasi juga tentunya akan terjalin antara Federasi Sepak Bola Israel dan PSSI, yang mana akan terlihat lebih informal dan bisa menunjukkan kesan positif terhadap publik, khususnya publik Indonesia. Tidak menutup kemungkinan juga pejabat tinggi kenegaraan Israel datang berkunjung untuk menonton tim nasionalnya bertanding. Pada akhirnya, lolosnya Israel ke Piala Dunia U-20 FIFA akan membawa hubungan Indonesia dan Israel satu tahap lebih dekat, meskipun masih belum ada jaminan bahwa kedepannya kedua negara ini akan menormalisasi hubungan diplomatik ataupun tidak.

Referensi:

Cha, V. D. (2009). A Theory of Sport and Politics. The International Journal of the History of Sport, 1581-1610. doi:10.1080/09523360903132972

CNN. (2021, November 24). Pengusaha Asing Ungkap Sejarah Hubungan Dagang RI-Israel. Retrieved from CNN: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20211124174902-120-725613/pengusaha-asing-ungkap-sejarah-hubungan-dagang-ri-israel/2

SMRC. (2021). SIKAP PUBLIK NASIONAL TERHADAP KONFLIK ISRAEL DAN PALESTINA. SMRC. Retrieved from https://saifulmujani.com/wp-content/uploads/2021/05/20210531-SMRC-Sikap-Publik-Nasional-terhadap-Konflik-Israel-Palestina_Mei-2021_up-2.pdf

Trunkos, J., & Heere, B. (2017). Sport Diplomacy: A Review of How Sports Can be Used to Improve International Relationships. In C. Esherick , R. Baker, S. Jackson, & M. Sam, Case Studies in Sport Diplomacy (pp. 1-17). West Virginia: FiT Publishing.

Mohammad Aqshal Fazrullah adalah Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Dapat ditemui di Instagram dengan nama pengguna @aqshalmfaz

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *