Indonesia di Persimpangan Jalan: ASEAN atau Quad?

2

Ilustrasi bendera negara anggota Quad. Foto: Getty Images

Pada bulan Oktober tahun 2020, India mengajak Australia untuk melakukan latihan militer bersama di Pantai Barat Malabar dengan Jepang dan Amerika Serikat. Keputusan mengajak India ke dalam latihan militer merupakan implementasi dari peningkatan pergerakan Quadrilateral (Quad) Security Dialogue yang bertujuan untuk membentuk Indo-Pasifik yang bebas dan inklusif. Walaupun demikian, tidak bisa dinafikkan bahwa terdapat tujuan lain dari Quad yang adalah untuk membendung dominasi Tiongkok di Indo Pasifik. Menurut Marty Natalegawa, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia—mengenai Quad—dibutuhkan tujuan yang jelas secara rinci agar tidak sengaja diartikan sebagai strategi mirip Perang Dingin. 

Adapun kekhawatiran utama dari Quad ini berupa pelangkahan prinsip “ASEAN Centrality” serta provokasi terhadap Tiongkok atas apa yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan. Tentu masih segar dalam ingatan kita tentang kunjungan Presiden Joko Widodo yang melakukan pertemuan di atas Corvette (Kapal Perang) di Perairan Natuna pada tahun 2016 untuk membahas pernyataan Tiongkok yakni mengenai klaim yang melewati batas atau overlapping claim di Perairan Laut Tiongkok Selatan. 

Quad sendiri merupakan inisiasi dari Jepang, AS, dan India yang bermula pada tahun 2007 ketika terjadi tsunami di Samudra Hindia yang berdampak pada India dan Indonesia. Quad mulai berkoordinasi untuk mengangkat puing-puing akibat tsunami dan menyalurkan bantuan kemanusiaan terhadap negara yang terkena dampak. Seiring berjalannya waktu, Quad berevolusi menjadi sesuatu yang lebih bersifat militer sehingga memunculkan format Quad Plus yang mengundang Brazil, Israel, Korea Selatan, dan Vietnam. 

Terdapat pandangan bahwa Quad merupakan ekstensi dari Strategi Indo-Pasifik milik AS dan dikatakan bahwa Quad merupakan anasir dari kebijakan luar negeri AS yang mulai pindah dari pandangan tradisional tentang kawasan yakni Asia Timur dan Samudera Hindia menjadi Pasifik yang saling berhubungan dari Afrika sampai Barat Pasifik. Zhang Jie dari CASS memiliki pandangan lain bahwa Quad yang aktif didorong oleh Jepang dan India merupakan pertanda mereka ingin mengisi kekosongan dari AS serta merupakan respon terhadap peningkatan pengaruh Tiongkok. Ditambahkan bahwa Quad terpisah dari strategi AS di Indo-Pasifik sehingga dapat berkembang lebih cepat di bidang ekonomi dan pertahanan. 

Bagi Quad, pada dasarnya tidak ada kompetitor alami selain ASEAN. ASEAN mengeluarkan rancangan tentang Kawasan Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) berusaha membuat framework tentang konsepsi Kawasan Indo-Pasifik yang inklusif dan terintegrasi. AOIP tidak menghadirkan mekanisme baru melainkan akan hadir sebagai suatu prinsip pendukung (espouses) dengan menghadirkan konektivitas dan infrastruktur. AOIP dipenuhi oleh prinsip normatif dan normal yang telah disepakati bertahun-tahun lalu dan area kerja samanya meliputi kerja sama maritim, konektivitas, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB tahun 2030, dan ekonomi. 

AOIP dengan Quad tidak memiliki pertentangan secara norma maupun nilai sehingga tidak akan sulit dalam mencapai kesepakatan di masa depan nanti. AOIP memiliki substansi yang tidak asing bagi dunia internasional karena mengandung norma-norma yang telah disepakati bersama sehingga tidak akan sulit bagi Quad untuk melakukan kompromi dan mendukung penuh AOIP. Terlebih, AOIP tidak mengikat kekuatan material dan membutuhkan mekanisme praktikal serta tidak menimbulkan risiko berarti untuk Quad itu sendiri. AOIP bisa dikatakan tidak sempurna ketika terbentuk bila memperhitungkan outcome dari strateginya. Namun, AOIP masih bisa menawarkan pijakan untuk kolaborasi lebih jauh khususnya untuk ASEAN. Letak masalah antara Quad dengan ASEAN ada dalam hal  menemukan titik temu antara prinsip normatif milik Quad dengan ASEAN serta membawanya ke dalam ranah praktikal. Terdapat alasan mengapa Indonesia mendorong dibuatnya AOIP yakni agar negara-negara ASEAN memiliki alternatif terhadap strategi yang ada karena akan cukup sulit untuk menghentikan Quad secara stratejik. 

Argumen mengapa Indonesia belum tertarik untuk masuk kedalam Quad salah satunya adalah karena bayang-bayang Tiongkok dalam investasi di bidang infrastruktur maupun transportasi. Segala perbuatan yang bersifat afirmasi terhadap Quad dikhawatirkan dapat merusak hubungan ekonomi Indonesia dengan Tiongkok. Kekhawatiran Indonesia ini tentunya sudah terbaca, akan tetapi silogisme ini nampaknya tidak berlaku untuk negara-negara ASEAN yang lain. Quad 2.0—sebutan lain untuk Quad yang ada saat ini—bukan lagi rahasia umum bila dikaitkan dengan strategi membendung Tiongkok dan ditambah bila negara ASEAN menyatakan dukungan terhadap Quad maka akan memunculkan kesan bahwa ASEAN sedang dipinggirkan. 

Berdasarkan laporan berjudul Southeast Asian Perceptions of the Quadrilateral Security Dialogue: Survey Findings yang dibuat oleh Dr Huong Le Thu, seorang analis di Australian Strategic Policy Institute, ditemukan hasil survei bahwa terdapat 57% penduduk ASEAN mengasosiasikan Quad untuk balancing terhadap Tiongkok, 28% menyatakan bahwa Quad bukan usaha untuk balancing terhadap Tiongkok, dan 15% menyatakan bahwa Quad merupakan sesuatu yang berbahaya. Yang menarik dari distribusi data responden ini adalah tidak adanya responden dari Vietnam dan Filipina yang merasa Quad sebagai “penghalang Tiongkok” yang tidak berbahaya—atau simpelnya, mereka setuju dengan kebutuhan adanya Quad—serta pada saat yang sama Vietnam dan Filipina merupakan koresponden dengan data terbanyak mengatakan bahwa Quad dibutuhkan. Pihak yang paling khawatir mengenai bahaya dari “penghalang Tiongkok” ialah responden Singapura (50%) , Thailand (37%) dan Indonesia (27%). 

Hal yang menjadi menarik tak lain ialah Vietnam yang notabene memiliki ikatan ekonomi yang kuat dengan Tiongkok. Sebagai contoh, Vietnam merasakan dampak positif akibat relokasi pabrik dari Tiongkok menuju Vietnam. Tercatat terdapat lima perusahan manufaktur multinasional yang sudah menyatakan ekspansi atau membeberkan rencana relokasi ke Vietnam, seperti Sharp, Nintendo, Komatsu, dan Lenovo. Ikatan ekonomi ini seakan tidak berlaku dalam konsep keamanan, di satu sisi Vietnam memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Tiongkok namun tetap waspada dengan cara terbuka terhadap Quad yang dirasa mampu menghadirkan opsi keamanan. 

Adapun bila ditelaah lebih lanjut, skeptisisme yang ditunjukkan oleh responden Indonesia dan Singapura tidak bisa diinduksikan bahwa mereka menolak apapun yang berhubungan dengan “Balancing China”. Alasan Singapura mengeluarkan skeptisisme terhadap Quad adalah konsep Quad yang masih buram dan kurang detil. Perdana Menteri Singapura, Vivian Balakrishnan, mengatakan bahwa konsep Indo-Pasifik nyatanya sangat elusif, “Kami tidak akan menandatangani kecuali kami mengetahui maksud dari hal tersebut.” 

Hal ini mendemonstrasikan bahwa Quad sangatlah kurang komprehensif secara konsep dari Quad itu sendiri sehingga menimbulkan skeptisisme dari responden Singapura.  

Menurut saya, Quad mencoba melakukan pendekatan terhadap negara ASEAN karena untuk mengimbangi Tiongkok, mereka membutuhkan negara-negara ASEAN sebagai salah satu warga dari Indo-Pasifik. Negara-negara ASEAN yang memiliki itikad untuk setidaknya “berdiri tegak” di depan Tiongkok memahami bahwa mereka membutuhkan suatu hub yang tidak hanya bertumpu pada proses dialog melainkan bertumpu pada outcome yang dihasilkan. Terdengar sulit jika seluruh anggota ASEAN di masa mendatang bergabung atau mendukung Quad secara gamblang, namun yang pasti Quad akan terus berjalan sebagai forum dialog mengingat Australia, Jepang, dan India sangat menggebu-gebu membangkitkan Quad.  

Referensi:

Kanupriya Kapoor, F. (2021). Indonesia president visits islands on warship, makes point to China. Retrieved 25 July 2021, from https://www.reuters.com/article/us-southchinasea-indonesia-idUSKCN0Z909D

Le Thu, H. (2018). Southeast Asian perceptions of the Quadrilateral Security Dialogue: Survey findings, ASPI Special Report

Panda, J. (2021). Quad Plus Form versus substance. The Journal Of Indo-Pacific Affairs3(5). Retrieved from https://media.defense.gov/2021/Feb/06/2002577570/-1/-1/1/JIPA_QUAD_PLUS_SPECIAL_ISSUE.PDF

VIR, V. (2021). Two key appeals pulling industrial relocation out of China into Vietnam. Retrieved 25 July 2021, from https://vir.com.vn/two-key-appeals-pulling-industrial-relocation-out-of-china-into-vietnam-81229.html

Muhammad Ariq Wulur adalah mahasiswa Universitas Diponegoro. Dapat ditemukan di Instagram dengan nama pengguna @ariq3125

Tentang Penulis

2 thoughts on “Indonesia di Persimpangan Jalan: ASEAN atau Quad?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *