Ketika Rusia Menawarkan Vaksin Covid-19 Siap Jadi di Sidang Umum PBB!

0

Ilustrasi Putin dan Vaksin Covid-19 Rusia. Foto: FPCI UPH.

Di hadapan staf-staf PBB di New York dan seluruh dunia, Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan vaksin Covid-19 buatan Rusia. Hal ini ia lakukan dalam pidato Sidang Umum PBB tahun ini, yang menandai ulang tahun ke-75 PBB. Vaksin tersebut, yang dikenal sebagai Sputnik-V, adalah vaksin Covid-19 terdaftar pertama di dunia, dan pertama kali diedarkan pada 11 Agustus 2020 oleh Gamaleya National Research Institute of Epidemiology and Microbiology, dan terdaftar di Kementerian Kesehatan Rusia.

“Rusia siap menawarkan pekerja PBB bantuan yang diperlukan dan memenuhi syarat, dan secara khusus kami mengusulkan untuk memasok vaksin kami secara gratis kepada karyawan PBB dan anak organisasinya yang mau menjadi sukarelawan untuk vaksinasi,” kata Putin dalam pidatonya. Dia secara khusus mengungkapkan bahwa tawaran itu merupakan jawaban atas permintaan vaksin yang populer.

Reaksi berkisar dari penerimaan positif hingga skeptisisme, serta diikuti juga dengan keheningan total. Seorang juru bicara PBB menyambut baik tawaran tersebut dan menyatakan bahwa layanan medis PBB akan mempelajari vaksin tersebut. Selain itu, beberapa negara telah menyatakan minatnya pada Sputnik-V. Brasil dan Meksiko dijadwalkan untuk menerima pengiriman Sputnik-V (masing-masing 50 juta dan 32 juta dosis), dengan kedua negara telah memperolehnya melalui perjanjian dengan Dana Investasi Langsung Rusia (RIDF), yang merupakan Sovereign Wealth Fund milik Rusia. Media pemerintah Rusia mengutip direktur regional WHO untuk Eropa, yang mengatakan bahwa “WHO menghargai upaya Rusia dalam mengembangkan vaksin melawan Covid-19, yang dianggap ‘aman dan efektif’.”

Seorang mantan pejabat senior AS menyebut Sputnik-V sebagai sebuah “lelucon” dan mengungkapkan keraguannya tentang efektivitas skala besar dari vaksin tersebut. Pengembang vaksin mengklaim bahwa vaksin itu menghasilkan respons antibodi pada semua 40 subjek manusia pada fase kedua uji coba dalam tiga minggu. Namun, para ilmuwan mencatat bahwa para peserta hanya dilacak selama 42 hari. Kecilnya sampel penelitian dan kurangnya plasebo atau kontrol vaksin telah memicu kekhawatiran di komunitas ilmuwan tingkat internasional mengenai keamanan vaksin tersebut. Para pengkritik juga menunjukkan keterburu-buruan Rusia dalam persetujuan vaksin sebagai adanya tanda-tanda tekanan politik dari Kremlin, demi menampilkan dirinya sebagai kekuatan ilmiah global terkemuka. Sputnik-V hampir tidak mungkin akan didistribusikan ke negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *