Kontroversi Museum Holocaust di Indonesia dan Prospek Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel

0

Ilustrasi Duta Besar Jerman untuk RI, Ina Lepel pada acara pembukaan Museum Holocaust. Foto: German Embassy Jakarta

Pada Kamis (27/1) lalu, sebuah Museum Holocaust yang pertama kali dibangun di Indonesia dan Asia Tenggara diresmikan. Museum ini terletak di Kota Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Seorang rabi dan pemimpin komunitas Jemaah Yahudi di Sinagoge Shaar Hashomayim bernama Yaakov Baruch, adalah sosok yang membangun museum ini.

Yaakov mengaku, inisiasinya akan pembangunan museum ini tidak lain adalah untuk memperingati tragedi kemanusiaan Holocaust yang terjadi di masa Perang Dunia.

Namun, pembangunan museum ini menjadi polemik yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Beberapa pihak menilai pembangunan museum tersebut berkaitan erat dengan prospek normalisasi hubungan diplomatik Indonesia-Israel, isu yang baru-baru ini kembali menghangat.

Kemungkinan Normalisasi Hubungan Indonesia-Israel

Normalisasi hubungan antara Indonesia dengan Israel kembali menjadi perbincangan hangat baru-baru ini. Kemungkinan ini sempat santer dibicarakan pada akhir tahun lalu, seiring dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken di Indonesia, yang sebelumnya juga mempromosikan normalisasi dengan beberapa negara Arab.

Israel telah sejak lama menyasar Indonesia sebagai targetnya. Dengan bantuan AS, Indonesia menjadi salah satu negara yang turut diperjuangkan untuk dapat masuk ke dalam “Kesepakatan Abraham”. Namun, negosiasi belum berjalan optimal.

Upaya negosiasi inilah yang berusaha dilanjutkan oleh Presiden Biden, salah satunya melalui lawatan Blinken ke Indonesia pada pertengahan Desember tahun lalu. Proyeksi keuntungan juga disampaikan, terutama terkait dengan keuntungan pada sektor kesehatan, pendidikan, energi terbarukan, pertahanan, maupun pariwisata. Tawaran investasi yang menggiurkan juga banyak dijanjikan.

Meski begitu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri belum menyetujui dan menanggapi lebih lanjut terkait upaya tersebut. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan, Indonesia masih memiliki kepentingan untuk tetap memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan bagi rakyat Palestina.

Penolakan Sebagian Pihak dan Kaitan dengan Normalisasi Indonesia-Israel

Yaakov sendiri membantah adanya kepentingan politik dalam pembangunan museum ini. Baginya, peristiwa Holocaust merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan politik negara Israel saat ini. Keberadaan kelompok Yahudi di Indonesia menurutnya dapat terancam dengan rasa kebencian dan rasisme yang mengakar di masyarakat. Atas dasar inilah, Yaakov kemudian tergerak untuk mengedukasi serta menumbuhkan kesadaran anti-rasisme di Indonesia. 

Peresmian museum ini juga dihadiri oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lapel. Selaku perwakilan dari Jerman, Lapel menekankan bahwa negaranya akan terus berkomitmen melawan rasisme dan intoleransi. 

Namun, pembangunan museum ini mendapatkan pertentangan dari beberapa pihak. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Halim mengatakan, pembangunan museum ini bertentangan dengan sikap Indonesia terhadap Israel dan akan melukai perasaan rakyat Palestina. 

Isu kemanusiaan menurutnya tidak tepat untuk dijadikan alasan. Sebab, Israel sebagai negara Yahudi masih melakukan pelanggaran kemanusiaan dan kekejaman terhadap rakyat Palestina. Dilansir dari VOA Indonesia, Sudarnoto mengatakan, “Rakyat Palestina sampai hari ini masih dizalimi oleh Zionisme Israel, jadi kejahatannya itu sama saja dengan Holocaust. Kalau masyarakat Yahudi menentang Holocaust, tentang jugalah Zionisme Israel,” tegasnya.

Pembangunan museum ini juga dinilai tidak memiliki nilai urgensi yang tinggi untuk dibangun di Indonesia. Justru, pembangunan museum ini memicu kecurigaan mengingat sedang menghangatnya isu normalisasi hubungan Indonesia-Israel.

Melalui pembangunan museum Holocaust ini, kemungkinan terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel dinilai semakin terbuka. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, upaya normalisasi hubungan dengan Israel tentu mendapat pertentangan yang keras di Indonesia. 

Kehadiran Dubes Jerman, bantuan dari Yerusalem, dan isu normalisasi menambah kecurigaan motif politik dibalik peresmian museum ini. Namun, hal ini bukan berarti dibangunnya Museum Holocaust di Indonesia salah sama sekali. Seperti isu normalisasi hubungan Indonesia-Israel, kontroversi Museum Holocaust tampaknya bukan isu yang akan selesai dalam waktu dekat.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *