Military-Civil Fusion sebagai Grand Strategy Tiongkok

0

People's Liberation Army Tiongkok. Foto: Wikimedia Commons

Bukanlah hal yang baru bagi pemerintahan Tiongkok untuk menerapkan sebuah sistem pendukung hegemoni pada negaranya untuk mewujudkan tujuan dan impian yang ideal di mata pemimpin dan idealisme Tiongkok. Seiring dengan merebaknya perkembangan teknologi di era modern dan globalisasi seperti saat ini, tampaknya telah menjadi tugas penting bagi Tiongkok untuk dapat memanfaatkaan kekuatan ini untuk bisa mewujudkan keinginannya untuk menguasai dunia.

Pembahasan

Dari segi nama, Military-Civil Fusion (MCF) terlihat seperti pembanding dari Civil-Military Integration (CMI) oleh Amerika Serikat, tetapi pada kenyataannya terma tersebut sangat jauh berbeda dan memiliki makna yang lebih kompleks. MCF sendiri lebih mengarah pada bagaimana adanya penggabungan antara militeristik dengan pengetahuan sipil yang diarahkan langsung oleh negara, demi kepentingan negara, dan memberikan hasil sepenuhnya untuk peningkatan kualitas dan dukungan pada Partai Komunis Tiongkok, yang dianggap sebagai pasukan pembebasan rakyat (Stone dan Peter, 2020).

Ide MCF sendiri telah ada sejak masa pemerintahan Mao Zedong yang kini secara turun temurun diteruskan oleh para pemimpin Partai Komunis Tiongkok yang sampai sekarang juga masih diperjuangkan oleh Presiden Xi Jinping. Konsep yang awalnya ditujukan untuk meningkatkan pertahanan industri militer pada masa Mao Zedong dan Deng Xiaoping, lambat laun MCF mulai berkembang dengan mengombinasikan beberapa komponen seperti edukasi militer, logistik, dan rencana rekonstruksi infrastruktur ketika di bawah pemerintahan Jiang Zemin dan Hu Jintao (ChinaPower, 2020). Kini di bawah pemerintahan Xi Jinping, MCF telah menjadi salah satu strategi nasional yang diwujudkan untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Xi jinping sendiri mendeskripsikan MCF sebagai kebijakan pionir yang bertujuan untuk menyeimbangkan keamanan dan pembangunan, serta sebagai bentuk respon terhadap ancaman keamanan yang kompleks dengan meningkatkan keuntungan strategis.

Terlihat dari namanya sendiri, strategi MCF bertujuan untuk dapat mencapai penggabungan mendalam (deep fusion) yang ada pada elemen militer dan sipil untuk dapat berintegrasi. Aspek militer di sini adalah semua yang termasuk pada pertahanan nasional dan usaha membangun kekuatan yang meliputi angkatan bersenjata, teknologi pertahanan nasional, mobilisasi, edukasi, dan juga yang terangkum dalam domain operasional utama. Sementara elemen sipil yang terlibat dalam strategi ini adalah bidang ekonomi dan sistem sosial yang berkaitan erat dengan pertahanan dan pembangunan kekuatan negara, seperti IPTEK nasional dan sistem industri, sistem pendidikan dan pelatihan bakat nasional, sistem pelayanan sosial, sistem manajemen darurat nasional, serta domain yang muncul dan bidang teknologi yang baru dibentuk seperti maritim, luar angkasa, dunia maya, dan kecerdasan buatan yang dijelaskan oleh Jiang dkk. (n.d.) berkaitan erat dengan generasi “New Type Combat Capabilities’’.

Perkembangan MCF dari Masa ke Masa

Perjalanan panjang MCF sebagai strategi pertahanan nasional Tiongkok sendiri pada tiap masa pemerintahan sangat beragam. Di mulai dari masa Mao Zedong yang berfokus pada peningkatan ekonomi sebesar 20%, sektor militer pertahanan diperintahkan untuk melakukan produksi ganda untuk mencukupi kebutuhan sipil dan militer dapat dipenuhi secara bersamaan. Berkat program inilah ada peningkatan produksi produk ekonomi sebesar 74,5% pada tahun 1860 (Jiang, et.al, n.d.). Tetapi, program ini hanya bersifat jangka pendek karena memburuknya hubungan Sino-Soviet disusul dengan perombakan sistem yang melihat bahwa fokus industri pertahanan dalam memproduksi kebutuhan sipil tidak sesuai dengan tugas yang seharusnya diemban.

Berlanjut pada era Deng Xiaoping, dimana Tiongkok melihat bahwa perdamaian dunia tidak lagi hanya bisa dicapai hanya melalui perang berskala besar. Pengembangan ekonomi menjadi fokus Deng dalam mewujudkan strategi keamanan nasional. Deng melihat bahwa keadaan ekonomi yang stabil bisa menjadi fondasi awal dari militer yang kuat. Hal inilah yang kemudian membuat ranah militer tidak semestinya dominan dan tidak ikut campur dalam pengembangan teknologi, sehingga kutipan Deng yang cukup terkenal pada masa itu adalah “Military should exercise patiences” (Stone dan Peter, 2020).

Suksesor Deng selanjutnya, Jiang Zemin bisa dibilang menjadi tonggak awal beberapa bentuk dari MCF modern yang diterapkan saat ini. Jiang melihat perlu adanya pengembangan keamanan militer yang berjalan beriringan dengan usaha pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan memenangkan perang melalui strategi keamanan militer yang ditingkatkan, bukan berarti harus mengorbankan pengembangan ekonomi. Dalam hal ini beberapa ranah rencana MCF yang diajukan oleh Jiang mencakup beberapa poin: (1) peningkatan kesesuaian militer-sipil; (2) memadukan fasilitas militer dengan infrastruktur sipil: (3)mengandalkan sistem edukasi nasional untuk melatih anggota militer; (4)mempromosikan penggunaan teknologi ganda; (5) hingga membangun SoS (Systems of Systems) teknologi dan industri pertahanan nasional terpadu sipil-militer yang bertumpu pada militer dalam sipil, bekerja sama dengan dedikasi semangat tinggi, dan berinovasi secara mandiri (Stone dan Peter, 2020).

Pengembangan definisi integrasi militer-sipil di era Hu Jintao sendiri lebih kepada gaya perpaduan (fusion-style) untuk mempertemukan modernisasi pertahanan dan pembangunan ekonomi dan sosial dari sudut pandang yang lebih tinggi, dengan cakupan yang lebih luas untuk mencapai integrasi yang lebih dalam (The Soufan Center, 2020). Pada masa pemerintahan Xi Jinping sendiri juga melihat bagaimana MCF dapat menjadi strategi nasional untuk meremajakan bangsa dan strategi sebagai sarana memperkuat angkatan bersenjata. Tetapi, Xi merasa kurang puas dengan implementasi dari MCF selama ini karena diangggap belum sepenuhnya mengakar dan membudaya dalam kehidupan rakyat Tiongkok sehingga pengembangan MCF lebih lanjut secara komprehensif akan melibatkan konsolidasi sumber daya dan kepentingan, serta penyesuaian kembali pola pikir dengan beberapa bidang pekerjaan sipil yang sebelumnya banyak yang bersebrangan hingga menyebabkan bentrokan maupun konflik.

MCF Sebagai Grand Strategy Tiongkok

Mengutip dari Jiang,et.al (n.d.), MCF berkembang menjadi pola yang memiliki integrasi gabungan yang dalam ketika mencangkup beberapa karakterisasi dari elemen-elemen kunci yang mengantarkan pada hasil yang tinggi. Ketika strategi MCF ini telah berhasil mencapai pola yang dimaksud tersebut, maka MCF akan menjadi sistem militer-sipil yang bersatu ke dalam sebuah kapabilitas strategis dan stratejik. Ambisi Xi Jinping dalam menjadikan MCF sebagai grand strategy untuk mencapai integrasi yang mendalam sendiri ditujukan sebagai sebuah grand strategy yang dapat membangun bangsa, militer, dan rakyatnya secara berkesinambungan. 

Beberapa interpretasi untuk menjadikan MCF sebagai grand strategy Tiongkok sendiri diperkirakan akan menghasilkan empat dampak positif bagi negara. Pertama, MCF dapat menjadikan Tiongkok sebagai bangsa yang kuat. Tiongkok saat ini tengah berada di kondisi yang rentan akan ancaman politik yang datang dari internal maupun eksternal. Tentunya untuk mengatasi masalah tersebut , diperlukan peningkatan terhadap pertahanan militer Tiongkok dan upaya pengembangan ekonomi Tiongkok (Levesque, 2017). Kedua, pengembangan teknologi dan militer bisa menjadi salah satu keuatan utama untuk bersaing dengan negara-negara besar lainnya di era disruptif teknologi seperti saat ini. Mengingat bagaimana peran teknologi memiliki kedudukan penting, maka adanya integrasi yang kuat dalam militer-sipil bisa menjadi salah satu upaya mewujudkan cita-cita untuk menguatkan kekuatan militer dan membangun kekuatan besar di dunia saintifik.

Interpretasi ketiga membahas bagaimana MCF bisa meningkatkan kualitas kemampuan sistem pemerintahan di Tiongkok, yang meliputi peningkatan dalam sistem pemerintah di beberapa sektor, badan pemerintahan maupun domain. Intepretasi terakhir adalah mengenai MCF yang dapat menjadi kontruksi militer kelas dunia bagi Tiongkok dimana strategi MCF bisa menjadi fondasi awal untuk berkoordinasi dengan beberapa komponen strategi Tiongkok penting lainnya meliputi manufaktur, maritim, luar angkasa, dan cyberspace untuk meningkatkan kemampuan konstruksi pertahanan (Stone dan Peter, 2020). 

Detail fokus domain dalam rangka mengembangkan strategi MCF. Foto: China Aerospace Studies Institute

Strategi MCF merupakan perwujudan dari pengembangan ambisi global Tiongkok. Dimana dua strategi nasional yang telah dilakukan dalam mengembangkan pengaruh dan kehadirannya di lingkup internasional antara lain adalah Going Out dan Belt and Road Initiatives (BRI). Dijelaskan pula dalam laporan China Aerospace Studies Institute, hadirnya MCF merupakan komplemen yang dapat mendukung kelancaran dua strategi tersebut, dimana industri keamanan nasional yang dapat diaplikasikan dalam strategi Going Out dan pengembangan fasilitas logistik yang disertai pertukaran kekuatan militer di bawah program BRI.

Kesimpulan

Tidak hanya menguatkan keterlibatan dalam lingkup internasional, Tiongkok secara progresif terus menghdirkan strategi komprehensif yang bisa memperkuat kekuatan internalnya seperti yang terlihat dalam strategi MCF. Dari perkembangannya sendiri di tiap masa pemerintahan pemimpin Tiongkok, MCF bukanlah sebuah strategi yang bisa dianggap enteng oleh negara-negara lain. Di masa pemerintahan Xi Jinping sekarang strategi ini semakin terlihat matang melalui penerapan penggabungan mendalam yang ditujukan oleh masyarakat sipil dan militer. Tidak menutup kemungkinan MCF ini bisa menjadi bentuk kekuatan baru bagi Tiongkok sebagai perwujuduan dari kebangkitannya di panggung internasional.

Referensi

Jurnal

Jiang, et.al. (n.d.). Initial Discussion on the Military-Civil Fusion Strategy. Vol 4.

Stone, Alex & Peter Wood. (2020). China’s Military-Civil Fusion Strategy: A View from Chinese Strategist. Montgomery: China Aerospace Studies Institute.

Artikel Online

Levesque, Greg. (2017, 8 Agustus). Military-Civil Fusion: Beijing’s ‘’Guns AND Butter’’ Strategy to Become a Technological Superpower. James Town.  https://jamestown.org/program/military-civil-fusion-beijings-guns-and-butter-strategy-to-become-a-technological-superpower/

IntelBrief. (2020, 13 Agustus). IntelBrief: China’s Military Civil Fusion Strategy. The Soufan Center. https://thesoufancenter.org/intelbrief-chinas-military-civil-fusion-strategy/

Podcast

ChinaPower. (2020, 5 Mei). Xi Jinping’s Military-Civil Fusion Project: A Conversation with Greg Levesque. https://chinapower.csis.org/podcasts/xi-jinpings-military-civil-fusion-project/

Melisa Nirmala Dewi (@melisaachan) adalah mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga. Tertarik pada isu-isu keamanan internasional, gender, dan lingkungan.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *