Pembunuhan Dubes Italia, Saling Tuduh Antara Kongo dan Milisi Bersenjata

0

Ilustrasi Luca Attanasio. Foto: Twitter @chrisnibas

Pada Senin (22/2) lalu, Duta Besar Italia untuk Republik Demokratik Kongo Luca Attanasio terbunuh dalam perjalanan dari Goma, ibukota Kongo Timur. Dalam perjalannya bersama konvoi PBB, Dubes Attanasio beserta pengawalnya disergap dan dibunuh oleh kelompok bersenjata tak dikenal. Pembunuhan terhadap pucuk pimpinan diplomatik Italia di Kongo tersebut tentu memicu pencarian dalang dari peristiwa nahas tersebut. Namun, pihak pemerintah Kongo dan milisi bersenjata justru terlibat dalam saling tuduh sebagai dalang dari penyerangan konvoi PBB yang mengunjungi proyek sekolah World Food Programme (WFP) di Ruthsuru.

Dilansir dari DW, Gubernur Kivu Utara (wilayah tempat pembunuhan terjadi) Carly Nzanzu menyebut bahwa pelaku penyerangan konvoi tersebut adalah milisi bersenjata dari Fighters of Democratic Forces for the Liberation of Rwanda (FDLR). FDLR sendiri merupakan kelompok milisi bersenjata beretnis Hutu yang sebelumnya ikut andil dalam Genosida Rwanda 1994. Nzanzu juga mengatakan bahwa milisi bersenjata tersebut pada awalnya bermaksud untuk menculik Dubes Attanasio dan menjadikannya sandera untuk uang tebusan.

Tuduhan tersebut didukung oleh pengakuan saksi mata yang mendengar milisi bersenjata berbicara bahasa Kinyarwanda (bahasa lokal Rwanda) dan rekam jejak FDLR yang aktif di daerah tersebut. Pernyataan ini juga didukung oleh Presiden Kongo, Felix Tshisekedi, yang mengutuk keras pembunuhan Dubes Italia itu dengan menyebutnya sebagai “serangan teroris” dan menjanjikan penyelidikan.

Di sisi lain, FDLR membantah pernyataan resmi dari pejabat Kongo tersebut. Sebaliknya, FDLR menuduh pemerintah Kongo dan Rwanda sebagai dalang di balik penyerangan dan pembunuhan Dubes Attanasio tersebut. Dalam pernyataan resminya, FDLR menyebut bahwa tempat penyerangan terletak “Tidak jauh dari tempat tentara Kongo dan Rwanda” di dekat perbatasan Kongo-Rwanda. Mereka juga meminta pemerintah Kongo dan MONUSCO, pasukan perdamaian PBB di Kongo, untuk “memberikan titik terang terhadap pembunuhan tersebut daripada bergantung kepada tuduhan yang terburu-buru.”

Sementara itu, pakar politik Afrika Frederick Golooba-Mutebi berkomentar terhadap tindakan tuduh-menuduh tersebut. Ia mempertanyakan ucapan pejabat pemerintah Kongo yang cenderung terburu-buru dalam menuduh FDLR sembari menyebut bahwa terdapat banyak milisi bersenjata lain yang beraktivitas di wilayah tempat penyerangan terjadi. Dilansir dari cuitan Kivu Security yang memantau kondisi keamanan di Kongo, bahwa terdapat 122 milisi bersenjata di bagian Timur Kongo.

Kondisi inilah yang menjadi latar belakang penerjunan pasukan perdamaian PBB MONUSCO sejak 1999. Meskipun begitu, pasukan perdamaian tersebut dianggap kurang efektif karena masih aktifnya milisi bersenjata yang menyebabkan instabilitas kawasan. Sementara itu, tentara Kongo dan Rwanda juga tidak memberikan kejelasan lebih lanjut selain melimpahkan kesalahan kepada FDLR. Perkembangan yang tidak jelas dari kasus pembunuhan Dubes Attanasio menyebabkan kasusnya tidak kunjung menemukan titik terang hingga hari ini.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *