Ilustrasi Xi Jinping dan pemimpin WHO. Foto: pixabay.com.

Pada tanggal 19 Mei kemarin, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan World Health Organization (WHO) digelar. KTT yang seharusnya menjadi ajang tempat berkumpulnya para pemimpin dunia bersatu dalam solidaritas, ternyata didominasi oleh ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok akibat pandemi. Hal ini pun dikritik oleh seluruh dunia.

Di tengah-tengah majelis persidangan, Trump mengirimkan cuitan ke Twitter yang berisikan teks lengkap surat ‘hampir putus’ ke WHO. Tindakan ini meningkatkan ketidakharmonisan antara Trump dan WHO, yang menuduh bahwa ketidakmampuan WHO benar-benar tampak secara sendirinya. Sebagai donor tunggal terbesar ke WHO, Amerika Serikat mengancam untuk menghentikan pendanaan mereka secara permanen, bahkan mengatakan akan mempertimbangkan kembali keanggotaannya, kecuali jika badan tersebut melakukan “perbaikan substantif” dalam waktu 30 hari ke depan. Namun, kriteria perbaikan yang disebutkan tidaklah jelas. Jika tindakan ini benar-benar dilakukan Amerika Serikat, tentu saja akan melemahkan kapabilitas WHO menjaga rezim kesehatan global.

Trump menuduh bahwa WHO bersifat Cina-sentris. Surat terbuka ini juga dirasa menjadi sebuah tindakan politis untuk mengelak dari kesalahan atas dampak buruk pandemi di Amerika Serikat, yang memiliki paling banyak infeksi dan kematian di dunia. Beberapa pemimpin Amerika Serikat lainnya juga terus-menerus menyalahkan Cina dengan tuduhan “salah urus” dan “tidak transparan” pada masa awal wabah.

Melawan tuduhan Trump untuk pertama kalinya, Presiden Xi membela negaranya dengan mengatakan “selama ini, kami telah bertindak dengan keterbukaan, transparansi, dan tanggung jawab.” Dalam situasi seperti ini, para pemimpin Uni Eropa mencoba untuk mengambil jalan tengah dengan berfokus pada virus, bukan menyalahkan negara tertentu. Untuk itu, WHO sedang mengkaji dampak penarikan dana Amerika Serikat dan berusaha mengisi kekurangan dana demi memastikan pekerjaan terus berlanjut tanpa gangguan. Uni Eropa juga mendesak negara-negara untuk mendukung WHO. Kekosongan kepemimpinan global saat ini tampaknya membawa negara-negara Eropa untuk semakin memandang Cina sebagai pemimpin global masa depan.

Bertolak belakang dengan Amerika Serikat, Tiongkok menawarkan USD 2 miliar selama dua tahun ke depan untuk WHO. Selain itu, Tiongkok juga mengumumkan bahwa vaksin apa pun yang dikembangkan di Tiongkok akan dijadikan “global public goods“. Menanggapi penyelidikan dan evaluasi yang diminta, nada damai dari Presiden Xi mengatakan Cina bersedia mendukung penyelidikan tersebut setelah pandemi usai.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *