Doktrin Teritorial TNI: Kunci Kesuksesan Peacekeeping Indonesia?

0

Kontingen Garuda TNI mendapatkan kenaikan pangkat pada 1 April 2022 dalam misi perdamaian. Foto: PRIMETIMES.id

Indonesia termasuk salah satu negara yang aktif dalam kegiatan peacekeeping. Negara kepulauan ini melihat peacekeeping sebagai salah satu instrumen kebijakan luar negeri yang efektif untuk meningkatkan profesionalisme militer, citra negara, dan prestise di dunia internasional. Melalui hal tersebut, partisipasi di dalam peacekeeping menjadi hal yang krusial bagi Indonesia. Per Oktober 2022, Indonesia tercatat telah menyumbangkan 2581 personel dalam misi peacekeeping PBB dan menjadikannya sebagai negara kontributor terbesar ke-8 secara global.

Besarnya kontribusi Indonesia terutama melalui Kontingen Garuda terhadap aktivitas ini menunjukan kepercayaan komunitas internasional terhadap kemampuan personel berseragam yang dimiliki Indonesia. Kontingen Garuda sendiri telah menerima beraneka ragam apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak terkait kemampuan mereka dalam memelihara perdamaian di daerah konflik. 

Kesuksesan dari Kontingen Garuda ini mengundang pertanyaan, apa sebenarnya rahasia keberhasilan Kontingen Garuda yang membedakannya dengan militer negara lain dalam peacekeeping?

Doktrin Teritorial TNI

Personel Kontingen Garuda yang dikirim untuk melaksanakan misi peacekeeping diambil dari berbagai elemen Tentara Nasional Indonesia (TNI). Oleh karena itu, untuk mengetahui kunci keberhasilan Kontingen Garuda, perlu dilakukan penelaahan terhadap TNI terlebih dahulu. 

Kelahiran TNI tidak dapat dipisahkan dari perjuangan rakyat dalam Revolusi Nasional Indonesia. TNI lahir dari rakyat merupakan suatu hal yang tidak dapat diganggu gugat. Bersama dengan rakyat, TNI memiliki peran penting dalam mengusir kolonial Belanda dari tanah air. 

Berawal dari pengalaman perang semesta tersebut, TNI merumuskan doktrin pertahanan teritorial untuk menjaga kedaulatan bangsa dari berbagai ancaman. Doktrin ini menitikberatkan bahwa kerja sama antara TNI dengan rakyat merupakan suatu hal yang mutlak untuk mempertahankan negara dari segala ancaman. Dengan kata lain, inti kekuatan pertahanan Indonesia berada pada punggung tentara profesional dan rakyat.

Beranjak dari doktrin teritorial tersebut, Angkatan Darat (AD) memiliki suatu struktur bernama Komando Teritorial (Koter) yang bertugas mempersiapkan semua wilayah negara untuk mempertahankan Indonesia melalui kekuatan gabungan TNI dan rakyat. Keberadaan dari Koter ini meliputi Komando Daerah Militer (Kodam) Komando Resor Militer (Korem), Komando Distrik Militer (Kodim), Komando Rayon Militer (Koramil), dan Bintara Pembina Desa (Babinsa). 

Melalui struktur Koter ini, TNI dapat mempererat masyarakat dengan melakukan pembinaan potensi kewilayahan dalam menghadapi segala ancaman yang membahayakan kedaulatan bangsa dengan mengintegrasikan dirinya dengan masyarakat. Hal ini menyebabkan TNI tidak hanya fokus pada masalah pertahanan, tetapi juga pada permasalahan lingkungan, kesehatan, pembangunan, dan berbagai isu non-militer lainnya yang biasanya merupakan ranah sipil.

Angkatan laut dan udara turut memiliki fungsi serupa untuk membina potensi maritim dan dirgantara, sehingga ketiga angkatan bersama-sama menerapkan doktrin pertahanan teritorial. Dapat dikatakan membina hubungan baik antara TNI dengan rakyat menjadi kunci utama strategi pertahanan Indonesia. Lantas bagaimana doktrin teritorial ini dapat menjadi kekuatan Indonesia dalam misi peacekeeping?

Doktrin Teritorial TNI Dalam Peacekeeping

Setiap personel militer TNI yang dikirimkan untuk melaksanakan tugas peacekeeping dilengkapi dengan doktrin teritorial. Penggunaan doktrin teritorial dalam kegiatan peacekeeping sendiri menjadi suatu keunggulan besar bagi Kontingen Garuda. 

Dalam operasi peacekeeping, terdapat pendekatan yang disebut dengan Civil-Military Coordination (CIMIC). CIMIC memiliki fungsi untuk memfasilitasi dialog antara komponen militer, polisi, dan sipil operasi perdamaian berkaitan dengan permasalahan politik, keamanan, kemanusiaan, pembangunan, dan hal lainnya untuk mencapai tujuan strategis. Bagian dari misi CIMIC biasanya meliputi pemberian layanan kesehatan dan edukasi kepada komunitas lokal. Doktrin teritorial yang dimiliki oleh TNI dapat digunakan dengan baik dalam CIMIC operasi perdamaian PBB.

TNI berbeda dengan angkatan bersenjata lain yang cenderung terisolasi dari masyarakat akibat fokus pada masalah pertahanan. Militer Indonesia telah mengintegrasikan dirinya dengan warga sipil melalui kehadiran doktrin teritorial. Keunikan ini membuat TNI turut terlibat dalam berbagai permasalahan non-militer yang melibatkan warga sipil, sehingga interaksi dengan masyarakat lokal bukanlah hal yang aneh. 

Personel TNI sendiri tidak asing dengan berbagai tugas dalam CIMIC karena memiliki tugas domestik teritorial yang tidak jauh berbeda. Melalui operasi pembinaan teritorial, personel militer diajarkan untuk menaruh perhatian pada geografi, budaya lokal, dan sistem sosial. Personel militer juga dilatih untuk melihat pihak yang bertikai dalam perspektif imparsial dan mengembangkan kemampuan komunikasi secara personal. Selain itu, keberadaan Koter sebagai perwujudan dari doktrin teritorial juga meliputi fungsi intelijen. Melalui doktrin pertahanan teritorial inilah, Kontingen Garuda dapat menjadi pasukan yang diandalkan oleh komunitas internasional dalam memelihara perdamaian di daerah konflik.

Kontingen Garuda tidak mempersepsikan dirinya sebagai seorang tentara asing, tetapi mendekatkan diri kepada masyarakat lokal dengan melalui pendekatan budaya. Hal tersebut dapat dilihat melalui upaya Kontingen Garuda di Lebanon pada misi UNIFIL untuk mengundang tetua dan masyarakat terhadap kegiatan olahraga dan budaya, membangun hubungan dengan masyarakat lokal, memberikan perawatan kesehatan gratis, mengunjungi sekolah dan mengajar pelajar.

Tidak hanya di Lebanon, pada misi MONUSCO di Kongo, doktrin teritorial turut mampu mendukung mandat PBB dalam memelihara perdamaian. Melalui pendekatan teritorial dalam peacekeeping, Kontingen Garuda membangun sarana olahraga, jembatan, dan melakukan berbagai kegiatan lainnya dalam rangka memenangkan hati masyarakat lokal. Tidaklah aneh Kontingen Garuda berhasil membujuk berbagai milisi untuk meletakkan senjata mereka dan mendamaikan berbagai pihak.

Melalui operasi pembinaan teritorial dalam konteks CIMIC, Kontingen Garuda dapat menciptakan citra positif dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat lokal. Kedekatan dengan masyarakat sudah menjadi “sifat” TNI sehingga membantu komunikasi dengan dengan masyarakat lokal. 

Selain itu kemampuan personel TNI yang telah dilatih intelijen akibat struktur Koter menjadi suatu hal yang berharga bagi markas operasi perdamaian PBB. Hal ini dikarenakan kebutuhan intelijen terhadap berbagai pihak yang bertikai sangat penting untuk memelihara perdamaian di daerah konflik. Melalui hal tersebut, doktrin teritorial menjadi aset penting bagi Indonesia dalam peacekeeping.

Kesimpulan

Keberhasilan dari Kontingen Garuda dalam mendukung posisi Indonesia melalui peacekeeping dapat dikatakan berasal dari aspek historis yang sampai saat ini tetap dilestarikan. Oleh karena, tugas yang dimiliki oleh peacekeeping cenderung berkaitan dengan misi domestik TNI, menjadi suatu keunggulan Indonesia dalam aktivitas peacekeeping dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Keberadaan dari Koter membuat personel TNI mendapatkan kemampuan dan pengalaman yang relevan untuk peacekeeping. Doktrin teritorial yang bertugas untuk melindungi kedaulatan bangsa ternyata juga dapat mendukung aktivitas internasional Indonesia. Kesuksesan dari peacekeeping Indonesia tidak dapat dipisahkan dari doktrin teritorial yang dimiliki oleh Indonesia. 

Muhammad Gilang Rasyid merupakan mahasiswa di Universitas Padjadjaran. Dapat ditemukan di Instagram dengan nama pengguna @gilang_rasyid

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *