Ilustrasi Capitol Hill. Foto: FPCI UPH.

2021 dimulai dengan ‘ledakan’, yang hampir secara harfiah, ketika para perusuh menyerbu Capitol Hill, gedung kongres Amerika Serikat pada 6 Januari. Apa yang seharusnya menjadi protes damai pendukung Trump menentang hasil pemilu yang mereka anggap “tidak adil”, berubah menjadi kekerasan yang dihadapi kesatuan polisi dengan kewalahan. Situasi ini pun membuat Donald Trump terancam dimakzulkan untuk yang kedua kalinya.

Kerusuhan tersebut menyebabkan lima orang tewas dan sekitar 60 orang petugas terluka. Serangan ini membuat kredibilitas Trump dan kemungkinannya untuk campur tangan lebih jauh di politik AS pada masa depan menjadi terancam. Alasan dari upaya pemakzulan kedua kalinya ini adalah untuk membuat Trump tidak lagi bisa ikut campur di perpolitikan AS tahun 2024 mendatang, sekaligus menjadi pernyataan tegas bahwa tak ada Presiden AS yang berada di atas hukum. Jika pemakzulan pertama dilakukan dengan tuduhan berkolusi dengan Ukraina, untuk pemakzulan yang kedua ini, ia dijatuhkan tuduhan menghasut tindak kekerasan. Peristiwa bersejarah.

Trump tidak pernah menerima kemenangan Biden sejak November dan telah memproklamirkan kemenangannya di media. Pada 20 Desember, dia mencuitkan, “protes besar di DC pada 6 Januari. Berada disana,
situasi akan menjadi liar!” Tujuan dari cuitan tersebut adalah mendorong protes terkait Pemilu yang dianggapnya curang. Para pendukung berunjuk rasa pada hari itu, dengan Trump memperkeruh suasana dengan mendorong mereka untuk “berperang”. Setidaknya, sebagian anggota Kongres telah merasa bahwa Trump telah mendorong para pendukungnya untuk berbuat kekerasan.

Semenjak kejadian tersebut, akun Twitter Donald Trump pun dibekukan. Ia pun menyampaikan sebuah pidato ke Twitter melalui akun Gedung Putih. Ia menyatakan bahwa tindakan brutal di Capitol Hill tidak pernah menjadi niatnya. Dia “mengutuk kekerasan” dan berkata, “tidak benar pendukung saya dapat mendukung kekerasan politik.”

Kejadian tersebut pun membuat mata dunia internasional tertuju pada Amerika Serikat. Setiap orang menginginkan transisi damai minggu depan, dengan jebolnya Capitol Hill menjadi pertanda adanya potensi ancaman yang aktual di hari pelantikan Biden. Kerusuhan di Capitol Hill pun menjadi pertanda bahwa meski ada suara yang beragam di dalam gedung tersebut, suara dari mereka yang gelisah adalah yang paling kuat — dan seringkali berbahaya.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *