Negara Barat Tekan Iran untuk Kembali Mematuhi Perjanjian Nuklir

0

Ilustrasi nuklir Iran. Foto: BBC

Negara-negara Eropa dan AS menunjukkan kekhawatiran terhadap pergerakan Iran dalam produksi uraniumnya. Mereka menilai tindakan Iran amat berbahaya dan mengancam keamanan kawasan Timur Tengah. Hal ini disebabkan Iran melakukan peningkatan produksi uranium yang diperkaya (enriched) lebih dari kapasitas aman, sehingga dicurigai mempersiapkan pembuatan senjata nuklir.

Batasan yang diberikan oleh perjanjian Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) adalah 3.67 persen jumlah uranium yang diperbolehkan menjadi uranium yang diperkaya. Namun, angka tersebut telah jauh dilewati oleh Iran, yang kini memproduksi uranium diperkaya sebesar hampir 20 persen. Jumlah produksi tersebut adalah cara tidak langsung Iran untuk keluar dari perjanjian JCPOA, yang juga merupakan aksi reaksioner setelah AS keluar dari perjanjian pada tahun 2018 silam.

Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Agung Iran, merasa kecewa dan terkhianati ketika melihat mata uang Iran melemah setelah AS keluar dari JCPOA sehingga kini Iran tidak ingin mematuhi perjanjian. Hal ini amat berbahaya mengingat kapabilitas Iran yang dapat memproduksi uranium dalam jumlah besar. Kapabilitas itu menjadi ketakutan yang nyata bagi negara Eropa dan AS sekarang setelah Iran mencapai angka 20 persen dalam produksi uranium diperkaya. Angka tersebut membuat adanya pertemuan antara Jerman, Prancis dan Inggris disertai Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken yang mengikuti pertemuan secara daring. Mereka semua menyatakan sentimen yang sama, yakni keinginan untuk mengembalikan Iran agar patuh pada perjanjian JCPOA. 

Iran sendiri telah mengancam penghentian inspeksi nuklir dari International Atomic Energy Agency (IAEA) dari tanggal 21 Februari jika negara Eropa tidak bisa memberikan solusi. Hal ini menjadi urgensi tambahan bagi negara-negara bersangkutan untuk menemukan sebuah solusi yang dapat menekan produksi uranium diperkaya Iran dan membuat Iran kembali tunduk ke perjanjian JCPOA.

AS di bawah kepemimpinan Joe Biden telah menunjukkan keinginan mereka untuk kembali ke perjanjian ini dan memberi beberapa solusi kepada Iran. Salah satunya adalah penghapusan sanksi-sanksi yang telah diberikan kepada Iran untuk memberi mereka kelengangan agar kembali ke perjanjian. Khamenei menyatakan bahwa Iran menginginkan aksi dan bukan sekadar kata-kata dari AS dan Iran masih menyimpan dendam kepada AS akibat kekacauan ekonomi yang terjadi di negara mereka. Khamenei menginginkan adanya pertanggungjawaban dalam bentuk perbaikan ekonomi. Untuk dapat mencapai tujuannya, Eropa dan AS harus bergerak cepat sebelum jendela negosiasi tertutup pada tanggal 21 Februari nanti.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *