Pasukan PBB di Mali, Akankah Kalah Dengan Wagner?

0

Pasukan dari misi MINUSMA. Foto: PBB

Afrika merupakan benua dengan misi perdamaian (peacekeeping mission) PBB paling banyak. Dari total 23 misi perdamaian di Afrika, salah satu diantaranya adalah MINUSMA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in Mali) di Mali, sebuah negara di Afrika Sahara. Penerjunan pasukan perdamaian PBB ini merupakan pendekatan yang diambil dalam menyikapi ketidakamanan konstan yang diderita oleh rakyat Mali, yang berasal terutama dari terorisme dan instabilitas politik.

Misi MINUSMA tersebut lahir melalui pengadopsian penuh Resolusi 2100 pada 2013 oleh lima belas anggota Dewan Keamanan (DK) PBB saat itu. Sejak itu, misi perdamaian terus berjalan di Mali, hingga terdapat perkembangan luar biasa baru-baru ini. Pemerintah Mali tiba-tiba memutuskan tidak lagi menerima pasukan perdamaian PBB di negaranya—dengan kata lain mengusir pasukan MINUSMA.

Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop berdalih pemerintahannya telah kehilangan “kepercayaan” terhadap mandat MINUSMA dan menegaskan permintaan agar DK PBB menarik mundur misi tersebut sesegera mungkin. Dalam sejarah, terdapat beberapa negara telah berupaya mengusir itikad internasional serupa di masing-masing wilayah mereka. Akan tetapi, kasus Mali menjadi perhatian secara khusus karena kehadiran penjamin (guarantor) keamanan lainnya, yakni sebuah Private Military Company (PMC) bernama Wagner Group. 

Perusahaan penyedia jasa keamanan Wagner dilaporkan telah merambah Mali pada akhir 2021 lalu. Secara khusus, ini terjadi setelah Mali kembali mengalami kudeta pada Mei 2021, setelah sebelumnya juga mengalami kudeta pada Agustus 2020. Sejak itu, peran Wagner di Mali ditengarai menjadi semakin besar, dengan aktivitas yang berkelindan dengan junta militer Mali yang berkuasa. Sementara itu, pasukan penjaga perdamaian PBB justru semakin terpinggirkan. Meski jauh berbeda dalam sifat dan orientasi, tetapi pasukan perdamaian PBB dan milisi Wagner group memiliki kesamaan sebagai pemilik senjata, akankah yang satu menggantikan yang lainnya?    

Dinamika Fungsi Aktor Keamanan Asing di Mali 

MINUSMA merupakan aktor keamanan asing yang paling besar di Mali, dengan kehadiran hingga 15.000 personel. Meskipun telah beberapa kali diubah, mandat MINUSMA dapat dikatakan tidak berubah banyak dari stipulasi Resolusi 2100 DK PBB. Mandat MINUSMA yang berorientasi kepada warga sipil bertujuan untuk memfasilitasi dialog akan kepentingan elit-elit terlibat demi mewujudkan perdamaian. Perjanjian Perdamaian Algiers (2015) merupakan salah satu hasil upaya dialog tersebut. 

Perjanjian tahun 2015 tersebut didapuk sebagai langkah yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan isinya yang memberikan jalan konkrit demi terwujudnya perdamaian antara beberapa faksi Pemberontak Tuareg (suku Berber yang berkehidupan nomaden di wilayah Sahel) dengan pemerintah Mali. Signifikansi perjanjian tersebut semakin terpuruk mengingat hanya tiga tahun sebelumnya pemberontakan Tuareg mengguncang Mali.

Krisis kepercayaan kepada MINUSMA yang tidak dielaborasikan lebih lanjut oleh Pemerintah Mali besar kemungkinan hanya merupakan alasan untuk menolak MINUSMA, terlebih karena junta yang berkuasa tidak lagi sejalan dengan misi pasukan perdamaian PBB. Jika MINUSMA berfokus kepada penjagaan perdamaian dan penyelesaian konflik, tanpa memihak kepada berbagai pihak yang bertikai, tentu junta militer justru berkepentingan untuk mempertahankan kuasanya. Sebelumnya, Prancis yang merupakan eks-penjajah sebagian Afrika Barat, juga menarik 5.000 pasukannya setelah kudeta pertama di 2020 karena tidak lagi sejalan dengan pemerintah yang berkuasa.

bahkan menggantikannya dengan Wagner. Melansir keterangan Jenderal Townsend dari Komando Afrika Militer AS (Amerika Serikat), personel Wagner secara sengaja dibantu oleh alutsista udara Rusia untuk memasuki Mali. Berbekal kesayup-sayupan prosedural khas PMC, personel lapangan Wagner acap kali dipotret media kenegaraan Rusia memberikan pelatihan bagi tentara Mali dan perlindungan bagi pejabat senior jajaran militer negara tersebut. 

Pada Maret tahun lalu, Wagner dilaporkan melakukan pembantaian atas 500 orang di daerah Moura. Bocoran komunikasi internal pada akhirnya menampakkan keterlibatan-di samping tentara Mali itu sendiri- bahkan upaya personel Wagner untuk menutup-nutupi kejadian tersebut dengan tentara Prancis. Disodorkan dengan fakta masyarakatnya dibantai oleh tentara asing, junta militer Mali hanya bergeming. 

Menelusuri aspek-aspek yang melahirkan perbedaan respons tersebut bisa jadi menggambarkan permasalahan yang perlu ditangani oleh PBB, apabila irelevansi merupakan sesuatu yang betul hendak dihindarinya. 

Wagner di Mali: Antara Intrik Domestik dan Kepentingan Rusia  

Intrik politik domestik ditengarai menjadi motivasi utama junta Mali bekerja sama dengan Wagner. Menurut Center for Strategic and International Studies (CSIS), Wagner secara aktif membantu junta militer yang berkuasa dengan melatih tentara Mali, menyediakan suplai senjata, dan mengamankan petinggi junta militer Mali. Tujuan akhir dari keberadaan Wagner Group ini adalah untuk membuat junta yang kini berkuasa coup-proof, alias tidak rentan terhadap kudeta yang terus berulang.

Berbagai ketidakamanan domestik akibat pertikaian antar kelompok dan terorisme justru tidak ditangani secara sistematis. Memang, terdapat beberapa pertempuran Wagner terhadap kelompok pemberontak di Mali, seperti terhadap ISIS cabang Sahel. Akan tetapi, operasi yang tidak pandang bulu ini juga kerap menghasilkan korban jiwa besar, seperti pembantaian atas 500 orang yang dilakukan Wagner di Moura. Dilihat dari sisi lain, ini justru menjadi aksi terorisme baru terhadap rakyat Mali. Hanya junta berkuasa yang kemudian diuntungkan dengan pelibatan oposisi secara tidak pandang bulu ini.

Di sisi lain, operasi Wagner di Mali juga dituduh memiliki tujuan kapitalistik. Wagner, tentu saja, tidak melakukan semua hal tersebut tanpa imbalan. Investigasi lapangan mengungkap bahwa ahli-ahli geologi yang terafiliasi Wagner dan Rusia, diantarkan serta dilindungi ketika melakukan observasi ke lokasi-lokasi tambang di Mali. Tambang-tambang yang berharga ini disebut sebagai bayaran bagi Wagner, yang kemudian mineralnya juga menjadi penting bagi Rusia.

Perpindahan Penjamin Keamanan di Mali: Mimpi Buruk PBB? 

Bergemingnya junta militer Mali menghadapi kegagalan Wagner mengurangi prevalensi terorisme di negara tersebut berbeda jauh dengan protes berturut-turutnya terhadap MINUSMA. Hal ini menandakan penerimaan yang disengaja oleh junta Mali terhadap Wagner, dan penolakan yang disengaja terhadap MINUSMA. 

Fenomena ini kemudian dapat dipahami sebagai fenomena otokrasi yang tidak stabil dan masih berada dalam tahap konsolidasi awal. Berkaca kepada Mali dan sejarah kudetanya, tentu junta militer yang kini berkuasa dihantui oleh prospek kudeta lainnya. Intensinya mengikatkan keamanan rezim dapat dicapai melalui kolaborasi dengan Wagner, tetapi tidak dengan pasukan penjaga perdamaian PBB. Kejadian langka ini tentunya menjadi mimpi buruk bagi PBB, sebab peran pasukan penjaga perdamaiannya kini digantikan oleh PMC, dengan hasil yang sangat berbeda, cukup dilihat dari jumlah korban jiwa, misalnya.

Dalam hal ini, penciptaan dan pelaksanaan mandat misi perdamaiannya yang lebih relevan dibutuhkan. Tentu tidak mungkin pasukan perdamaian PBB diutus terutama untuk melindungi rezim yang berkuasa, tetapi kepentingan pemerintah terkait harus dipertimbangkan. Di sisi lain, strategi dan pendekatan untuk menghadapi rezim yang berubah-ubah juga harus dipersiapkan. Bagaimanapun juga, negara tujuan misi perdamaian PBB adalah negara-negara yang tidak stabil dengan masalah keamanan yang akut. Hal ini perlu dilakukan sebagai kesadaran semakin besarnya peran PMCs dalam keamanan nasional dan internasional. Untuk masyarakat internasional dan perdamaian, tentu seribu kali lebih baik memiliki pasukan internasional dengan mandat yang jelas, daripada organisasi liar yang tidak akuntabel, untuk menjadi penjaga perdamaian di negara yang rentan konflik.

Philipus Mikhael Priyo Nugroho merupakan Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Airlangga. Dapat ditemukan di Instagram dan Twitter dengan nama pengguna @miko.khael @mikhael_ruby

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *