Amerika Serikat Mulai Ikut-Ikutan di Laut Tiongkok Selatan

0

Ilustrasi Ketegangan Laut Tiongkok Selatan. Foto: FPCI UPH.

Di Laut Tiongkok Selatan, ketegangan terus berlanjut. Situasi ini tak bisa lagi dianggap remeh, mengingat dua kekuatan besar, Tiongkok dan Amerika Serikat, mulai mengambil peran yang lebih aktif di wilayah ini.

Sebenarnya, dinamika Asia Tenggara tidak terlalu kacau, meski tak bisa dibilang kooperatif juga. Situasi memanas ketika Beijing mengklaim hampir 1,3 juta mil persegi Laut Tiongkok Selatan sebagai wilayah kedaulatannya dan membangun benteng militer di beberapa pulau. Klaim ini didasarkan pada sembilan garis putus-putus (nine-dash line) legendaris milik Tiongkok.

Bertolak belakang dengan nine-dash line, Hukum Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Laut (UNCLOS) yang diratifikasi Tiongkok menyatakan bahwa beberapa pulau dan perairan Laut Tiongkok Selatan merupakan milik negara lain, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Brunei. Sebagai bagian dari ASEAN (Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara), negara-negara tersebut berkumpul untuk menyelesaikan bentrokan di tengah lautan tersebut dengan cara damai dalam bentuk kode etik (code of conduct).

Mengamati pola perilaku Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan, Amerika Serikat yang kini merupakan rival utama Tiongkok memutuskan untuk turut ‘bermain-main’ di wilayah ini. Kapal-kapal Amerika Serikat melakukan navigasi laut tak jauh dari wilayah yang diklaim Beijing, mendorong amarah dari pihak Tiongkok. Kisah ini berlanjut ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum dari klaim nine-dash line Tiongkok tersebut.

“Kami menjelaskan: Klaim Beijing demi mendapatkan sumber daya lepas pantai di sebagian besar Laut Tiongkok Selatan telah sepenuhnya melanggar hukum, begitu pun dengan tindakan menindas negara-negara lain yang berhak atas Laut Tiongkok Selatan.”

Dengan klaim itu, Amerika Serikat juga mengeluarkan sebuah arbitrase yang didukung PBB, yang memperkuat posisi Amerika Serikat di kawasan tersebut. Angkatan Laut Amerika Serikat pun turut mengirim dua kapal induk untuk latihan, yang bersinggungan dengan latihan militer lima hari Tiongkok di Kepulauan Paracel.

Tanggapan Beijing juga menunjukkan ketidaksukaan mereka yang telah mendarah daging kepada Amerika Serikat. Kedutaan Besar Tiongkok di Washington menyebut tuduhan Pompeo sebagai hal yang “sama sekali tidak dapat dibenarkan.” Mereka juga merasa Amerika Serikat “memutarbalikkan fakta dan hukum internasional …, membesar-besarkan situasi di kawasan tersebut dan berupaya menciptakan perselisihan antara Tiongkok dan negara-negara pesisir Laut Tiongkok Selatan lainnya.”

Perlu dicatat bahwa hubungan rentan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah memburuk di era pandemi ini, dengan Trump menyalahkan Tiongkok sebagai dalang dari wabah COVID-19, menganggap hubungan 40 tahun dengan Tiongkok sebagai kebijakan yang gagal, dan menuduh Tiongkok melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Xinjiang dan Hong Kong.

Bahkan, Pemerintahan Amerika Serikat saat ini sedang mempertimbangkan larangan bepergian ke Amerika Serikat bagi anggota Partai Komunis Tiongkok. Spekulasi mengenai konfrontasi Amerika Serikat ke Tiongkok semakin meningkat seiring tensi yang semakin memanas, dan ketegangan sengketa maritim menjadi media pelampiasan yang sempurna.

Tentang Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *